Rabu, 10 Mei 2017

Askep Hipotiroidisme



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak didalam leher bagian bawah, melekat pada tulang laring, sebelah kanan depan trakea, dan melekat pada dinding laring. (Syaifuddin, 2012)
Fungsi kelenjar tiroid sangat erat berkaitan dengan kegiatan metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan; bekerja sebagai merangsang sebagai perangsang proses oksidasi, mengatur penggunaan oksigen, dan dengan sendirinya mengatur pengeluaran karbondioksida. (Pearce, Evelyn C, 2009)
Hipotiroidisme merupakan penyakit yang sering kali ditemukan dalam masyarakat. Hipotiroidisme  diakibatkan hipofungsi tiroid. Penyakit ini juga sangat sensitive pada bayi dan anak-anak namun gejala dan tanda-tandanya belum dapat dilihat dengan jelas.
Penyakit ini akan memberikan dampak pada keterbelakangan individu, baik itu fisik maupun mental. Jika hal ini dibiarkan dan tanpa ada usaha yang dilakukan untuk meminimalkan jumlah penderita hipotiroidisme maka rakyat Indonesia akan terus berada dalam keterbelakangan.
Status tiroid seseorang ditentukan oleh kecukupan sel atas hormone tiroid dan bukan kadar normal hormone tiroid dalam darah. Ada beberapa prinsip faali dasar yang perlu diingat kembali. Pertama bahwa hormone yang aktif ialah free-hormon, kedua bahwa metabolisme sel didasarkan adanya free-T3 bukan free-T4, ketiga bahwa distribusi enzim deyodinasi I,II dan III (DI, DII, DIII) di berbagai organ tubuh berbeda, dimana DI banyak ditemukan di hepar, ginjal dan tiroid, DII utamanya di otak, hipofisis dan DIII hampir seluruhnya ditemukan di jaringan fetal (otak, plasenta). Hanya DI yang direm oleh PTU.  (Aru W. Sudoyo, dkk 2009)
Di Indonesia dengan angka kelahiran sekitar 5 juta per tahun, diperkirakan sebanyak 1.765 sampai 3200 bayi dengan hipotiroid kongenital dan 966 sampai 3.200 bayi dengan hipotiroid kongenital transien karena kekurangan iodium, lahir setiap tahunnya. Penelitian yang dilakukan di India pada tahun 2010, dengan 30 sample penderita hipotiroid kongenital didapatkan 94% mengalami gambaran dismorfik terdiri dari : 29% dengan kelainan jantung kongenital dan 41% dengan kelainan spina bifida. Di RSCM Jakarta, dilakukan penelitian terhadap 30 anak dengan kasus hipotiroid kongenital. Terdapat 30 sample yang terdiri dari 9 laki- laki dan 21 perempuan. Didapatkan gejala klinis tersering adalah perkembangan motorik yang lambat (83,3%), konstipasi (73,3%), makroglosi (70%), wajah tipikal (60%), usia tulang terhambat (95,5%), retardasi mental (IQ < 69) sebesar (62,5%),dll




B.     Tujuan
1.      Tujuan umum
Mahasiswa mampu menambah pengetahuan seputar penyakit Hipotiroidisme serta asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pada pasien Hipotiroidisme.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu mengetahui tinjauan teoritis Hipotiroidisme
b.      Mahasiswa mampu mengetahui proses asuhan keperawatan Hipotiroidisme
                                                                          













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Anatomi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak didalam leher bagian bawah, melekat pada tulang laring, sebelah kanan depan trakea, dan melekat pada dinding laring. Kelenjar ini terdiri dari 2 lobus (lobus dekstra dan lobus sinistra), saling berhubungan, masing-masing lobus tebalnya 2 cm, panjang 4 cm, dan lebar 2,5 cm. Di dalam ruang yang sama terletak trakea, esofagus, pembuluh darah besar, dan saraf. (Syaifuddin, 2012)
Kedua lobus kelenjar tiroid pada manusia dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan, yaitu ismus tiroid, dan kadang-kadang terdapat lobus piramidalis yang muncul dari ismus didepan laring. Kelenjar mendapatkan vaskularisasi yang baik, dan tiroid merupakan salah satu organ tubuh yang memiliki jumlah aliran darah yang tinggi pergram jaringannya. Tiroid terbentuk dari banyak asinus (folikel). Tiap-tiap folikel sferis dikelilingi oleh satu lapisan oleh sel dan diisi oleh bahan proteinaseosa berwarna merah muda yang disebut koloid. (Ganong, 2008) 
B.     Fisiologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin. Bentuk aktif hormon ini adalah triiodotironin yang sebagian besar berasal dari konversi hormon tiroksin di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid. Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormon) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktivitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi, yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin dari hipothalamus. Hormon tiroid mempunyai pangaruh yang bermacam-macam terhadap jaringan tubuh yang berhubungan dengan metabolisme sel.
Hormon tiroid memang suatu hormon yang dibutuhkan oleh hampir semua proses tubuh termasuk proses metabolisme, sehingga perubahan hiper atau hipotiroidisme berpengaruh atas berbagai peristiwa. Efek metaboliknya antara lain adalah termoregulasi, metabolisme protein, metabolisme karbohidrat, metabolisme lemak, dan vitamin A.
Status tiroid seseorang ditentukan oleh kecukupan sel atas hormon tiroid dan bukan kadar normal hormon tiroid dalam darah. Ada beberapa prinsip faal dasar yang perlu diingat kembali. Pertama bahwa hormon yang aktif adalah free-hormon. Kedua bahwa metabolisme sel didasarkan adanya free T3 bukan free T4. ketiga bahwa distribusi enzim deyodinasi I, II, dan III (DI, DII, DIII) di berbagai organ tubuh berbeda, dimana DI banyak ditemukan di hepar, ginjal, dan tiroid. DII utamanya di otak, hipofisis dan DIII hampir seluruhnya di jaringan fetal (otak, plasenta). Hanya DI yang direm oleh PTU.
              
Seseorang yang mengalami pembesaran pada leher karena mengalami gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI). Gangguan ini menyebabkan tubuh tidak dapat mengasilkan hormon tiroid, akibat kekurangan iodium ini dapat menimbulkan penyakit salah satu yang sering kita kenal dan ditemui dimasyarakat adalah gondok.
C.     Definisi
Hipertiroidisme adalah hipofungsi atau kurangnya aktivitas kelenjar tiroid (penurunan produksi hormon tiroid) atau sebagai kegagalan tiroid ringan. (Price, 2006)
Hipotiroidisme adalah keadaan defisiensi hormon tiroid (TH) yang menyebabkan metabolisme tubuh berjalan lambat, penurunan produksi panas, dan penurunan konsumsi oksigen dijaringan. Aktivitas yang lambat di kelenjar tiroid mungkin sebagai akibat disfungsi tirodi primer, atau kejadian sekunder akibat disfungsi hipofisis anterior. (Esther Chang, dkk, 2009)

D.    Etiologi
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi 3 tipe yaitu :
1.      Hipotiroid Primer
Mungkin disebebkan oleh congenital dari tiroid (kretinism), sintesis hormon yang kurang baik, defisiensi iodin (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis, dan saroidosis.
2.      Hipotiroid Sekunder
Hipptiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekuensinya jumlah tiroid stimulasing hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu malfungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadat hormon tiroid.
3.      Hipotiroidisme Tersier
Hipotiroidisme tersier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi tiroid releasing hormon (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor atau lesi destruktif lainya di hipotalamus. Ada 2 bentuk utama dari goiter sederhana yaitu enedemic dan sporadic. Goiter endemik prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini mengalahkan pada “goiter belt” dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan iodine.
Sporadik goiter tidak menyempit ke daerah lainnya. Biasanya disebabkan oleh :
a.       Kelainan genetik yang dihasilkan karena metabolisme iodin yang salah
b.      Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai, buah persik, bayam, kacang polong, strawberry dan lobak. Semuanya mengandung goitogenik glikosida
c.       Ingesti dari obat goiteron seperti thioureas (propylthiracil) thocarbomen, (aminothiazole, tolbutamid)

E.     Manifestasi Klinis
1.      Kulit dan rambut
a.       Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
b.      Pembengkakan, tangan, mata dan wajah
c.       Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
d.      Tidak tahan dingin
e.       Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
2.      Muskoloskeletal
a.       Volume otot bertambah, glossomegali
b.      Kejang otot, kaku, paramitoni
3.      Neurologik
a.       Letargi dan mental menjadi lambat
b.      Aliran darah otak menurun
c.       Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang, penurunan lateks tendon).
d.      Ataksia (serebelum terkena)
e.       Gangguan saraf (carfal tunnel)
f.        Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu.
4.      Kardioresepiratorik
a.       Bradikardi, distrimia, hipotensi
b.      Curah jantung menurun, gagal jantung
c.       Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
d.      Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukan gelombang T mendatar/inverse
e.       Penyakit jantung iskemik
f.        Hipotensilasi
g.      Efusi pleura
h.      Dispnea
5.      Gastrointestinal
a.       Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
b.      Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
c.       Aklorhidria, antibodi sel parietal gaster, anemia pernisiosa
6.      Renalis
a.       Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
b.      Retensi air (volume plasme berkurang)
c.       Hipokalsemia
7.      Hematologi
a.       Anemia normokrom normositik
b.      Anemia mikrositik/makrositik
c.       Gangguan koagulasi ringan
8.      Sistem endokrin
a.       Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi
b.      Gangguan fertilitas
c.       Gangguan hormon pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat hipoglikemi
d.      Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
e.       Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
f.        Psikologis/emosi
g.      Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti bulan (moon face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap opioid, haluaran urine menurun, lemah, ekspresi wajah kosong dan lemah (Tambayong, 2000)

F.      Patofisiologi
Kelenjar tiroid membutuhkan yodium untuk sintesis dan sekresi hormon tiroid: T4, triiodotironin (T3), dan tirokalsitonin (kalsitonin). Produksi hormon tiroid bergantung pada sekresi TSH dari hipofisis anterior dan asupan adekuat dari protein dan yodium. Hipotalamus mengatur sekresi TSH.
Penurunan kadar tiroid menyebabkan penurunan seluruh metabolisme basal. Penurunan metabolisme diseluruh tubuh menyebabkan achlorhydria (penuruna  sekresi asam hidroklorik/ HCl dilambung), penurunan motilitas saluran pencernaan, bradikardi, penurunan fungsi neurologi, dan penurunan produksi panas pada temperatur tubuh basal.
Perubahan paling penting akibat penurunan hormon tiroid efek dalam metabolisme lemah. Reduksi ini meningkatkan kolesterol serum dan kadar trigliserida yang menyebabkan resiko aterosklerosis, arteriosklerosis, dan penyakit jantung koroner meningkat pada klien hipotiroidisme.
Oleh karena itu hormon tiroid memainkan peran penting pada produksi sel darah merah, orang dengan hipotiroidisme menunjukkan gejala anemia, serta kemungkinan defisiensi vitamin B12 dan asam folat. (Chang, Ester, 2009)




G.    Text Box: Defisiensi iodium, disfungsi hipofisis, disfungsi TRH hipotalamusText Box: Terapi penggantian hormon tiroidText Box: Penekanan produksi hormon tiroid (hipotiroidisme)Text Box: Intoleransi AktivitasText Box: KonstipasiText Box: KelemahanText Box: AnemiaText Box: Produksi SDM menurunText Box: Pembentukan eritrosit tidak optimalText Box: Penurunan fungsi gastrointestinal Text Box: Penurunan mortilitas ususText Box: Perubahan suhu tubuh hipotermiText Box: Kekurangan vitamun B12 dan asam folatText Box: Penurunan produksi panasText Box: AchlorhydriaText Box: Laju BMR lambatText Box: Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhText Box: Gangguan pertukaran gasText Box: HipoksiaText Box: Suplai darah ke jaringan otak menurun Text Box: Depresi ventilasiText Box: Oklusi pembuluh darahText Box: Ketidakefektifan pola nafasText Box: Disfiagia gangguan respirasiText Box: Menekan struktut dileher dan didadaText Box: Peningkatan arteriosklerosisText Box: Peningkatan kolesterol  dan trigliseridaText Box: Kelenjar tiroid akan membesarText Box: Gangguan metabolic lemakText Box: Defisiensi pengetahuanText Box: TSH merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresiPathway








 
                      



























 




















(Sumber : Amin, Huda dan Kusuma, Hardi 2016. Asuhan Keperawatan Praktis)
H.    Pemeriksaan Diagnostik
1.      T3 dan T4 serum rendah
2.      TSH meningkat pada hipotiroid primer
3.      TSH rendah pada hipotoid sekunder
a.       Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar
b.      Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat
4.      Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80 % kasus
5.      Peningkatan kolesterol
6.      Pembesaran jantung pada sinar X dada
7.      EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS dan gelombang T datar atau inverse

I.        Penatalaksanaan
1.      Medikamentosa
Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin, biasanya dalam dosis rendah sejumlah 50 µg/ hari dan setelah beberapa hari atau minggu sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis pemeliharaan maksimal sejumlah 200µg/ hari. Pengukuran kadar tiroksin serum dan pengambilan resin T3 dan kadar TSH penderita hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk menentukan manfaat terapi pengganti. Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.

2.      Terapi sulih hormon
Obat pilihannya adalah sodium levo-thyroxine. Bila fasilitas untuk mengatur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel berikut :
Umur
Dosis g/kg BB/hari
0-3 bulan
10-15
3-6 bulan
8-10
6-12 bulan
6-8
1-5 tahun
5-6
2-12 tahun
4-5
>12 tahun
2-3
a.       Bila fasilitas untuk mengatur faal tiroid tidak ada, dapat dilakukan therapeutik trial sampai usia 3 tahun dimulai dengan dosis rendah dalam 2-3 minggu. Bila ada perbaikan klinis, dosis dapat ditingkatkan dengan bertahap atau dengan dosis pemberian ± 100 µg/m2/hari
b.      Penyesuaian dosis tiroksin berdasarkan respon klinik dari uji fungsi tiroid T3, T4, dan TSH yang dapat berbeda tergantung dari etiologi hipotiroid
3.      Pembedahan
Tiroidektomi dilaksanakan apabila goiternya besar dan menekan jaringan sekitar. Tekanan pada trakea dan esofagus dapat megakibatkan inspirasi stridor dan disfagia. Tekanan pada laring dapat mengakibatkan suara serak

J.       Komplikasi
1.      Koma miksedema, ditandai oleh eksaserbasi (pemburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanda menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma.
2.      Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilitasi semua gejala











BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN GANGGUAN HIPOTIROIDISME

A.    Pengkajian (Bickley, Lynn S. 2008. Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Jakarta: EGC)
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :
1.         Anamnesis
a.       Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
b.      Riwayat Kesehatan
1)        Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kelenjar teroid yang mengalami atrofi. Perawat harus menanyakan dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk.
2)        Riwayat penyakit  dahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi.
3)        Riwayat kesehatan klien dan keluarga. 
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yangmenderita penyakit yang sama.

c.       Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh:
1)        Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea
2)        Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen
3)        Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegali
4)        Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot lambat
5)        Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat, berbicara lambat dan terbata – bata, gangguan memori
6)        Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan libido
7)        Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin

2.    Pemeriksaan Fisik (Bickley, Lynn S. 2008. Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Jakarta: EGC)
a.         Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b.        Nadi lambat dan suhu tubuh menurun.
c.         Perbesaran jantung.
d.        Disritmia dan hipotensi.
e.         Parastesia dan reflek tendon menurun.

B.     Diagnosa Keperawatan (Amin, Huda dan Kusuma, Hardi 2016. Asuhan Keperawatan Praktis)
1.         Hipotermi b.d penurunan metabolisme
2.         Intoleransi aktivitas b.d kelelahan dan penurunan proses kognitif
3.         Konstipasi b.d penurunan fungsi gastrointestinal
4.         Ketidakefektifan pola nafas b.d depresi ventilasi
5.         Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d lambatnya laju metabolisme tubuh

C.     Intervensi keperawatan (Amin, Huda dan Kusuma, Hardi 2016. Asuhan Keperawatan Praktis)
No
Diagnosa Keperawatan
Batasan Karakteristik
Kriteria Hasil
Intervensi
1
Hipotermi b.d penurunan metabolisme

-          Kulit Dingin
-          Bantalan kuku sianosis
-          Hipertensi
-          Pucat
-          Penurunan suhu tubuh dibawah rentang normal

-       Mempertahankan suhu tubuh pasien setidaknya 36oC
-          Mempertahankan atau mencapai suhu tubuh dalam batas normal
-          Kaji ulang TTV
2
Intoleransi aktivitas b.d kelelahan dan penurunan proses kognitif

-          Ketidak nyamanan atau dispnea saat beraktivitas
-          Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal
-          Aritmia
-       Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
-       Mampu berpindah tanpa bantuan alat
-          Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
-          Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
-          Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
-          Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
-          Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
3
Konstipasi b.d penurunan fungsi gastrointestinal

-          Nyeri abdomen
-          Penurunan volume feses
-          Nyeri saat defekasi
-          Feses keras dan berbentuk
-          Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari
-          Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
-          Mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi
-          Feses lunak dan berbentuk
-          Monitor tanda dan gejala konstipasi
-          Monitor feses : frekuensi, konsistensi dan volume
-          Dukung intake cairan
-          Mendorong meningkatkan asupan cairan, kecuali dikontraindikasikan
-          Anjurkan pasien/keluarga untuk dia tinggi serat
4
Ketidakefektifan pola nafas b.d depresi ventilasi

-          Perubahan kedalaman pernapasan
-          Penurunan ventilasi semenit
-          Penurunan kapasitas vital
-          Dispneu
-          Pernapasan cuping hidung
-          Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispneu
-          Menunjukan jalan nafas yang paten
-          TTV dalam rentang normal
-          Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-          Pertahankan jalan nafas yang paten
-          Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
-          Monitor TD, nadi, RR sebelum, selama dan setelah aktivitas
-          Identifikasin penyebab dari perubahan vital sign
5
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d lambatnya laju metabolisme tubuh

-          penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
-          menghindari makanan
-          mengeluh gangguan sensasi rasa

-          adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
-          berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
-          mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
-          tidak ada tanda-tanda malnutrisi
-          menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
-          monitor jumlah niutrisi dan kandungan kalori
-          kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
-          anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
-          ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
-          kolaborasi dengan ahli gizi  untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien





 

BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya sitem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeotsasis tubuh.
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi radio isotope, atau akibat desktrusi oleh anti bodi auto imun yang beredar dalam sirkusi. Cacat perkembangannya dapat juga menjadi penyebab tidak terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.
Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.Kelainan tersebut dapat nampak sejak lahir. Bila gejala-gejala muncul setelah periode fungsi tiroid yang tampaknya normal, kelainan ini dapat merupakan kelainan “didapat” yang sebenarnya atau hanya tampak demikian sebagai akibat dari salah satu varietas defek congenital karena manifestasi defisiensinya terlambat.

B.     Saran
Sebaiknya dengan adanya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan endokrin hipotiroidisme ini diharapkan mahasiswa maupun tim medis lainnya untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang cara asuhan keperawatan pada klien gangguan endokrin hipotiroidisme. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring kejaidian hipotiroidisme.


















DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M dan Hokanson, Jane Hawks.2014.Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8.Elsevier : Singapore

Chang, Esther.2010.Patofisiologi:Aplikasi Pada Praktik Keperawatan.Jakarta : EGC

Huda, Amin dan Kusuma, Hardhi.2016.Asuhan Keperawatan Praktis Nanda NIC-NOC Edisi
1.Mediaction : Jogja

Huda, Amin dan Kusuma, Hardhi.2016.Asuhan Keperawatan Praktis Nanda NIC-NOC Edisi
2.Mediaction : Jogja

Price, Sylvia Anderson.2006.Patofisiologi:Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume
2.Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith dan Ahern, Nancy R.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :
EGC          




Text Box: 25