Rabu, 10 Mei 2017

Askep Hiperpituitarisme



BAB 1
Pendahuluan
A.    Latar belakang
Hal yang melatar belakangi hiperpituitarisme adalah hal yang di dasarkan oleh salah satu temuan klnis hiperpituitarisme yaitu pertumbuhan abnormal, terutama dalam tinggi badan dan penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak akibat dari hipersekresi GH. Sebagian besar 98% kasus akromegali atau hiperpituitarisme disebabkan oleh tumor hipofisis gejala klinis yang jumpai pada pasien akromegali disebabkan oleh massa tumor dan hipersekresi hormon pertumbuhan (GH) yang terjadi setelah lempeng pertumbuhan tulang menutup. Seiring dengan kemajuan bidang pencitraan dan evaluasi hormonal, makin banyak pasien akromegali ditemukan dan mendapatkan tatalaksana di Indonesia. Pada tulisan ini akan dibahas mengenai akromegali ditinjau dari aspek patofisiologi, manifetasiklinis, diagnosis, serta tatalaksana. (journal indonesia)
Secara umum penyakit-penyakit sistem endokrin (endokrinopati) ditandai dengan kelebihan atau kekurangan produksi hormon, yang klinisnya berupa keadaan hipofungsi atau hiperfungsi. Gangguan – gangguan semacam ini sering kali berkaitan dengan gangguan mekanis umpan balik seperti hiperpituitari. Hiperpituitalisme adalah ekresi berlebihan hormon hipofisis anterior. Hiperpituitarisme biasanya hanya mengenai satu jenis hormon hipofisis, hormon-hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar lebih rendah. (Elizabeth J. Corwin,).
Akromegali berasal dari istilah Yunani yaitu akron (ekstremitas) atrd megale (besar), yang didasarkan atas salah satu temuan klinis akromegali, yaitu pembesaran tangan dan kaki. Sebagian besar (98%) kasus akromegali disebabkan oleh tumor hipofisis. Gejala klinis yang dijumpai pada pasien akromegali disebabkan oleh massa tumor dan hipersekresi hormon pertumbuhan (growth hormone) yang teradi setelah lempeng peftrmbuhan tulang menutup.l-4 Seiring dengan kemajuan dalam bidang pencitraan dan evaluasi hormonal, makin banyak pasien Akromegali ditemukan dan mendapatkan tata laksana di Indonesia (Jurnal Indonesia, 2010).
Pernah terjadi kejadian orang yang mempunyai tinggi 270 cm di lampung yang bernama Suparwono (24 tahun) itu termasuk kejadian hiperpituitarisme yang mengalami kelebihan growth hormone (berita indonesia). Apabila manifestasi klinis dari kelainan ini tidak segera ditangani dengan perawatan yang tepat, maka akan menyebabkan timbulnya kematian di usia muda. Hal ini sangat penting terutama bagi perawat sebagai tenaga kesehatan yang berada 24 jam bersama pasien gigantisme dan akromegali.
Karena sangat berbahayanya kelainan ini dan pentingnya untuk mengetahui pentingnya pengetahuan mengenai hiperpituitarisme oleh perawat, maka kami tertarik untuk membahas tentang masalah penyakit hiperpituitarisme. Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadi sumber informasi mengenai gigantisme dan akromegali, serta bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.Hiperfungsi biasanya disebabakan oleh tumor sel-sel adenohipofisis.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa itu gangguan hiperpituitarisme ?
2.      Bagaimana caranya hiperpituitarisme dapat terjadi dalam tubuh manusia ?
3.      Asuhan keperawatan apa yang bisa kita lakukan pada pasien yang mengalami hiperpituitarisme ?
C.     Batasan masalah
Berdasarkan latar belakang makalah kelompok kami hanya membahas tentang konsep perawatan pada pasien yang mengalami hiperpituitarisme
D.    Tujuan makalah
1.      Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah sistem endokrin tentang materi hiperpituitarisme, serta mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep dari penyakit hiperpituitarisme yang berkaitan dengan gangguan pada sistem endokrin.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengenal penyakit hiperpituitarisme
b.      Mengetahui  bagaimana hiperpituitarisme dapat terjadi dalam tubuh
c.       Mengetahui asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien yang mengalami hiperpituitarisme


BAB II
Tinjauan teori
A.    Definisi
            Kelenjar hipofisis adalah suatu kelenjar endokrin yang terletak didasar tengkorak (sela tursika) fossa pituitaria os sfenoid. Besarnya kira-kira 10 x 13 x 6 mm dan beratnya 0,5 gram. Kelenjar ini memegang peranan penting dalam menyekresikan hormon dari semua organ endokrin (sebagai pengatur) kegiatan hormon yang lain dan memengaruhi pekerjaan kelenjar yang lain. (potter perry 2005, vol 1)
            Hipofisis merupakan kelenjar yang berada pada otak bagian dasar, tepatnya pada sella turiska dan dilapisi oleh selapur dural (diafragma sellae). Kelenjar hipofisis pada orang dewasa beratnya 500-600 ml, diameter 1,2 - 1,5 cm dengan tebal 0,5 cm kelenjar ini terhubung dengan hipotalamus melalui Iinfundibulum atau tangkai pituitari. (tarwoto 2012, hal 11)
            Pada hipofise diatur agar setiap kelenjar endokrin, sendiri-sendiri atau bersama-sama, dapat melaksanakan fungsi dengan baik dan terkoordinasi. Fungsi hipofise dapat diatur oleh susunan saraf pusat melalui hipotalamus  yang dilakukan oleh sejumlah hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus.akibat rangsangan susunan saraf pusat, hormon-hormon yang mengatur fungsi hipose hipophysiotropic hormine dihasilkan oleh sel-sel neorosekretori yang terdapat dalam hipotalamus.(potter perry 2005, vol 1)
            Hiperpituitarisme adalah sekresi berlebihan hormon hipofisis anterior. Hiperpituitarisme biasanya hanya mengenai satu jenis hormon hipofisis, hormon-hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar lebih rendah. Hiperpituitarisme juga merupakan penyakit kronis progresif dengan ditandai oleh disfungsi hormonal yang mengakibatkan pertumbuhan skeletal yang berlebihan (lydnon saputra 2012)
            Kelenjar pituitari mengirimkan sinyal ke kelenjar lain (misalnya, kelenjar tiroid) untuk menghasilkan hormon (misalnya, hormon tiroid). Hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis dan kelenjar lainnya memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi tubuh, seperti pertumbuhan, reproduksi, tekanan darah, dan metabolisme (proses fisik dan kimia tubuh). Bila satu atau lebih hormon ini tidak diproduksi dengan benar, fungsi normal tubuh dapat terpengaruh. Beberapa hormon seperti kortisol dan hormon tiroid mungkin memerlukan pengobatan yang tepat, sedangkan yang lain tidak mungkin mengancam nyawa. (potter perry 2005)
B.     Macam – macam lobus hipofisis dan hormon yang bekerja
1.      Hipofisis anterior
Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Jika hormon yang dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin lainnya juga akanmelepaskan hormon yang terlalu banyak atau terlalu sedikit. Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan produksi dari semua organ endokrin lain.antara lain:
a.       GH/growth hormone/ hormon pertumbuhan/somatotropik hormone/STH
Sekresi dirangsang oleh growth hormone releasing hormone/GHRH (dari hipotalamus). GH diperlukan untuk:
1)      Pertumbuhan somatik dan mempertahankan ukuran yang telah dicapai.
2)      mampu meningkatkan metabolisme lemak
3)      dapat meningkatkan aliran gula ke otot dan lemak,merangsang pembentukan protein di hati dan otot serta memperlambat pembentukan jaringan lemak,dan mengaktifkan faktor pertumbuhan yang menyerupai insulin
4)      Efek jangka panjang dari hormon pertumbuhan adalah menghambat pengambilan dan pemakaian gula sehingga kadar gula darah meningkat dan meningkatkan pembentukan lemak dan kadar lemak dalam darah.  Kedua efek tersebut sangat penting karena tubuh harus menyesuaikan diri dengan kekurangan makanan ketika berpuasa dan dapat digunakan sebagai cadangan sumber energi
b.      ACTH ( adenocorticotropic hormone )
Pelepasan ACTH dipengaruhi oleh cortricotropin releasing hormone dari hipotalamus. Berfungsi merangsang pertumbuhan dan fungsi korteks adrenal untuk mengatur produksi kortisol dan beberapa steroid yang menyerupai testosteron (androgenik)Tanpa kortikotropin,kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal.Beberapa hormon lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu beta-melanocyte stimulating hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan endorfin, yang mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.
c.       TSH (thyroid-stimulating hormone) / hormon tirotropin
Pelepasan TSH dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormon (TRH) dari hipotalamus  berfungsi:
1)      Merangsang pertumbuhan
2)      merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid. Terlalu banyak TSH menyebabkan pembentukan tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme), terlalu sedikit TSH menyebakbn berkurangnya pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).
d.      LH (luteinizing hormone)/ interstisial cell stimulating hormone ( ICSH )
merupakan gonadotropin, pada laki-laki LH berfungsi merangsang sekresi testosteron oleh sel leydig (sel interstitial testis). Pada wanita LH mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron oleh korpus luteum dalam ovarium, merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur& untuk  merangsang pembentukan folikel de graff dalam ovarium.
e.       FSH (follicle-stimulating hormone)
merupakan gonadotropin. Pada wanita,FSH merangsang pembentukan estrogen oleh sel sel folikel dan progesteron,merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur& untuk  merangsang pembentukan folikel de graff dalam ovarium. Pada laki-laki,FSH berfungsi merangsang tubulus seminiferus untuk meningkatkan pembentukan sperma
f.        hormon prolaktin/ luteotrofin
Pelepasannya dipengaruhi oleh prolactin releasing hormon/PRHberfungsi  mengendalikan sekresi air susu, dan memepertahankan adanya korpus luteum selama hamil
2.      Hipofisis posterior
Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu hormon antidiuretik dan oksitosin. Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan oleh sel-sel saraf di dalam hipotalamus, sel-sel saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa posterior, dimana hormon ini dilepaskan.Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang kelenjar endokrin lainnya, tetapi langsung mempengaruhi organ target
a.       Hormon antidiuretik (vasopresin)
Pelepasan ADH dipengaruhi keadaan kurang cairan/dehidrasi. Sel targetnya adalah tubulus dan arteriol berfungsi :
1)      meningkatkan TD
2)      meningkatkan absorsi di tubulus distal
3)      menurunkan krja otot saluran GI
4)      meningkatkan penahanan air oleh ginjal
      Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang memadai.Jika terjadi dehidrasi, maka reseptor khusus di jantung, paru-paru. Otak dan aorta, mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon antidiuretik. Kadar elektrolit (misalnya natrium, klorida dan kalium) dalam darah harus dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-sel berfungsi secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi (yang dirasakan oleh otak) akan merangsang pelepasan hormon antidiuretik.Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar gula darah yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya klorpropamid, obat-obat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati asma dan emfisema).Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan pembentukan hormon antidiuretik. Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan dimana ginjal terlalu banyak membuang air.
b.      hormon Oksitosin
Pelepasan oksitosin dipengaruhi oleh hisapan dan persalinan. Sel targetnya adalah uterus dan payudara.berfungsi :
1)      menyebabkan kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah persalinan untuk mencegah perdarahan
2)      merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar susu. Pengisapan puting susu merangsang pelepasan oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di dalam payudara berkontraksi, sehingga air susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu. (tarwoto 2012)

C.    Etiologi
Berikut ini merupakan beberapa etiologi menurut Lyndon Saputra (2012), antara lain :
1.      Adenoma hormone yang mensekresi proklatin
2.      Tumor yang mensekresi growth hormone (GH)
3.      Sindrom Cushing yang disebabkan oleh disfungsi hipofise
4.      Adenoma yang mensekrsikan LH, FSH, atau TSH
5.      Adrenalektomi
6.      Kehamilan

D.    Patofisiologi
            Hiperpituitarisme umumnya terjadi karena adenoma pituitari atau tumor epithelia, insiden dari adenoma sekitar 22 % pengaruh tumor ini tergantung pada ukuran dan derajat infasifnya dan jumlah sekresi dari hormon. Jika ukuran hormon diameternya kurang dari 10 mm disebut microadenimas, apabila lebih dari 10 mm disebut macroadenomas. Besarnya tumor akan mendesak dan mengkompresi organ disekitarnya sehingga memungkinkan terjadi gangguan persyarafan seperti gangguan pada syaraf penglihatan, myeri kepala, peningkatan tekanan intrakranial.
            Salah satu yang paling sering terjadi akibat adrenomas adalah kelebihan hormin PLR, GH, dan ACTH. Kelebihan PLR akan menghambat sekresi steroid gonad dan gonadotropin pada wanita dan laki-laki mengakibatkan gangguan reproduksi seperti amenore dan infertile. Keliebihan memproduksi hormon GH menyebabkan ginatisme pada masa anak-anak dan acromegaly pada orang dewasa. Pasien akan merasakan adanya perubahan tubuhnya seperti pertumbuhan cepat menjadi lebih besar . setelah pubertas sebelum epifisis menutup, tulang-tulang akan tumbuh menjadi lebih cepat organ dalam juga mengalami hipertropi.
            Pada orang dewasa peningkatan GH mengakibatkan tulang-tulang akral menjadi lebih panjang dan besar (akromegali) namin sering kali disertai dengan adanya kerusakan sendi kartilago, kerusakan saraf karena over pertumbuhan dan demyelinisasi sel syaraf. Kelebihan hormon ACTH mengakibatkan stimulasi korteks adrenal untuk memproduksi lebih bnayak hormon glukokartikoid, mineralkortikoid dan andogen dan dapat perkembang menjadi penyakit cushing (tarwoto 2012)
1.      Sekresi GH yang berlebihan terjadi sesudah penumpukan Epifise
2.      Sekresi GH yang berlebihan menyebabkan pertumbuhan kartilago, tulang dan jaringan lunak yang berlebihan dan melebarkan kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan gonat.
3.      Hipermetabolisme yang diinduksi oleh GH menyebabkan perubahan hormone. (lyndon saputra 2012)


E.    
Tumor
Disfungsi kelenjar hipofisis, adenoma hormon, malfungsi umpan balik organ target, kehamilan, adrenalektomi
Pathway
Rangsangan pd nosiseptor

Pelepasan mediator kimia

Nyeri kepala & nyeri sendi

Penyebaran suprasel tumor
Penekanan pd kiasma optik
Nyeri kepala bitemporal, gangguan penglihatan
Kelainan hipotalamus
Hipersekresi GH
Pertumbuhan longitudinal: pertumbuhan raksasa
Pertumbuhan somatis: penebalan tulang & jaringan lunak
Hipersekresi TSH
Hipertiroid
Disfungsi seksual

Obesitas, hipertensi, mudah lelah/lemah, osteoporosis, glukosuria
Hipersekresi Prolaktin
HIPERPITUITARISME

Hipersekresi FSH & LH

Hipersekresi ACTH
Tidak menstruasi, ↓ libido, infertilitas, disfungsi seksual, impotensi

Galaktorea & infertilitas

ANSIETAS
Kurang informasi

↑ pertumbuhan jaringan lunak

Lidah membesar, rahang menonjol, disfagia,penebalan

Kesulitan bicara, suara menjadi lebih dalam

↑ pertumbuhan jaringan lunak

 

 
Gangguan citra tubuh
Pembesaran tangan & kaki, menyerupai persegi empat, bulat & tumpul, pembesaran sinus frontalis & paranasalis, wajah kasar, supraorbital menonjol, deformitas mandibula, deformitas/kelainan skeletal

Ketidakseimbangan nutrisi: < kebutuhan tubuh

Hambatan Komunikasi  verbal
Gangguan Citra Tubuh
Hambatan Mobilitas Fisik
NyeriAkut
Hambatan mobilitas fisik
 












(lyndon saputra 2012)

F.     Manifestasi klinis
            Tanda dan gejala hiperpitutarisme tergantung dari ukuran tumor hipofisis derajat hormon yang diproduksi disamping itu juga adanya tumor mengakibatkan nyeri kepala, kelemahan dan gangguan penglihatan, lapang pandang akibat penekanan pada kiasma optika, serta adanya gangguan pada syaraf kranial tanda dan gejala tergantung pada target yang terkena (tarwoto 2012)
            Berikut ini merupakan  manifestasi klinis dari hiperpituitarisme (Lyndon Saputra, 2012), antara lain :
1.      Gambaran wajah yang kasar
2.      lidah yang membesar
3.      rahang yang menonjol
4.      Kelainan skeletal
5.      Pertumbuhan kartilago dan jaringan ikat yang berlebihan
6.      Jari-jari tangan yang mirip laba-laba
7.      Tangan  dan kaki yang lebar
8.      Malaise
9.      Impotensi
10.  Infertilitas
11.  Kulit dan kuku jari yang tebal dan berminyak
12.  Deformitas
13.  Nyeri pada sendi
14.  Suara yang menjadi besar atau kasar
15.  Diaforesis
16.  Sakit kepala

G.    Komplikasi
1.      Kebutaan
2.      Gangguan penglihatan
3.      Diabetes militus
4.      Hipertensi
5.      Gagal jantung
6.      Arteriosklerosis
7.      Kardiomiopati
8.      Artritis
9.      Sindrom carpal tunnel
10.  Osteoporosis
(Lyndon Saputra, 2012)

H.    Hasil test diagnostik
1.      Radioimmunoassay GH : Peningkatan kadar GH plasma dan kadar insulin-lite grouth factor 1
2.      Test supresi glukosa : tidak mampu menekan kadar hormone hingga dibawah nilai normal 2 ng/mL yang bisa diterima
3.      CT scan : tumor hipofise
(Lyndon Saputra, 2012)

I.       Penatalaksanaan medis
1.      Terapi radiasi melalui implant transfenoidalis
2.      Monitoring : TTV dan asupan / keluaran cairan
3.      Pemeriksaan laboratorium : kadar glukosa, kalium dan kalsium
4.      Preparat analog somatostatin : oktreotid (Sadostatin)
5.      Preparat dopaminergic : Levodopa ( larodopa ), Bromokritin (Parlodel)
6.      Hormon : somatotropin (humatrope), etinel estradiol, testosterone (AndroGel), Levotiroksin (synthroid), liyotironin (cytomel), dietilstilbestrol, kortison (jika seluruh hipofise diangkat)
7.      Antagonis grouth hormone : pegvisomant (Somavert). (LyndonSaputra, 2012)

J.      Pengkajian
            Pengkajian pada kelanjar pituitari sering kali mengalami kesulitan karena tanda dan gejalanya sangan bervariasi. Hampir seluruh sistem tubuh mengalami gangguan akibat pengaruh dari hormon, sehingga tanda dan gejala ada yang spesifik dan tidak spesifik. Untuk membantu mengidentifikasi gangguan pituitari maka diperlukan pengkajian riwayat keperawatan, tanda dan gejala, spesifik dan test diagnostik.
1.      Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sangat penting dikaji, termasuk diantaranya riwayat penyakit sekarang yang dialami, riwayat keluarga, psikososial, gaya hidup. Riwayat kesehatan perlu dikaji untuk menggali informasi mengenai adanya faktor penyebab, keturunan, atau faktor lain yang berkaitan dengan keluhan yang dirasakan. Riwayat penyakit terdahulu seperti riwayat trauma, kepala, pembedahan kepala, infeksi otak, riwayat penggunaan hormon, dan obat-obatan seperti glukokortikoid dosis besar.
2.      Riwayat Keluarga
Perlu dikaji riwayat keluarga yang berkaitan dengan penyakit endokrin misalnya riwayat penyakit diabetes militus, penyakit tiroid, hipertensi, hipotensi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, tumor otak.

a.       Keluhan Utama
Keluhan pasien pada gangguan pituitari ada yang bersifat umum dan khusus.
1)      Gejala umum
a)      Adanya kelemahan
b)      Nyeri kepala
c)      Depresi
d)      Gangguan tidur
2)      Gejala spesifik, yang terkait sesuai dengan jenis hormon yang mengalami gangguan, namun secara spesifik dapat dilihat dari berbagai sistem tubuh:
a)      Perubahan tanda vital, peningkatan suhu tubuh dan nadi terjadi pada pasien dengan hipertiroid, penurunah suhu tubuh dan nadi lambat biasanya terjadi pada hipotiroid. Tekanan darah mungkin turun pada insufisiensi ADH karena dehidrasi dan meningkat pada overproduksi ADH.
b)      Kardiovaskuler, adanya palpitasi pada hipertiroid dan haenechnomocytoma.
c)      Intergumen, adanya perubahan warna seperti adanya hiperpigmentasi dipersendian pada penyakit addison, kulit kering, kasar, keras dan berisisik seperti pada pasien dengan hipotiroidisme atau hipoparatiroid.
d)      Muskuloskeletal, kelemahan, nyeri pada persendian seperti pada hiperparatiroid, kerdil, gigantisme, atau akromegali pada kelainan GH.
e)      Perkemihan, adanya batu ginjal pada hiperparatiroid, sering miksi pada gangguan ADH, diabetes insipidus.
f)       Persarafan, adanya perubahan status mental, depresi, penurunan kesadaran, tremor, kejang, gangguan sensorik, motorik dan reflek, gangguan saraf kranial.
g)      Sistem Gastrointestinal, adanya pembesaran lidah, kemerah-merahan pada lidah (Glossitis), penurunan berat badan, polipagia, poliuria, polidipsi biasanya terjadi pada pasien DM, inkontinensia bowel, dan konstipasi biasanya terjadi pada pasien dengan gangguan tiroid.
(lyndon saputra 2012)
3.      Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan umum, kaji kesadaran pasien, memori dan pola komunikasi. Observasi postur, proposi tubuh, ukuran tubuh,berat badan dan tinggi badan. Observasi tanda-tanda kecemasan.
b.      Tanda-tanda vital, kaji perubahan tanda vital, peningkatan suhu tubuh, nadi, pernafasan, nadi dan perubahan tekanan darah sering terjadi pada pasien dengan gangguan tiroid.
c.       Pemeriksaan kulit, observasi tekstur dan distibusi rambut, catat adanya kebotakan. Kaji warna, pigmentasi, strie, ekimosis. Palpasi keadaan kulit, tenderness, tekstur, turgor.
d.      Pemeriksaan Kepala, catat keadaan kepala, bentuk dan proposi kepala, catat adanya penurunan bibir dan hidung, pengambilan rahang, keadaan kulit kepala, keadaan rambut kepala.
e.       Pemeriksaan mata, lihat dan palpasi alis mata, kesimetrisan, ketajaman, pergerakan bola mata, keadaan bola mata (adakah eksotalmus), lapang pandang, kelemahan, palpebra.
f.        Pemeriksaan mulut,  catat adanya pertumbuhan gigi yang tidak rata, inspeksi warna mukosa mulut dan ukuran lidah.
g.      Pemeriksaan leher, perhatikan bentuk, kesimetrisan dan posisi garis tengah trakea, palpasi adanya pembesaran kalenjar tiroid. Observasi adanya kesulitan menelan, nyeri menelan dan perubahan suara.
h.      Pemeriksaan dada, inspeksi pergerakan dada dan payudara, palpasi pengembangan dada dan taktir frekmitus, aukultasi bunyi suara nafas dan jantung. Observasi adanya pernafasan cepat dan dangkal, autropi mamae pada wanita dan genekomastia.
i.        Pemeriksa abdomen, inspeksi bentuk abdomen, warna kulit seperti hiperpigmentasi, massa, skar dan jejas, asites, nyeri tekan catat, bising usus dan pembesaran hati dan limfa.
j.        Pemeriksaan genetalia, catat adanya atropi testis, klitoris, distribusi rambut pubis.
k.      Pemeriksaan ekstrimitas, kaji bentuk dan kesimetrisan ekstrimitas, kekuatan otot, kelemahan tonus otot, pembesaran tangan dan kaki, nyeri sendi dan trunkei, obesitas ( badan besar ekstrimitas kecil ).
l.        Pemeriksaan neurologi, lakukan pemeriksaan motorik, sensorik, reflek dan fungsi saraf kranial. Adanya kelemahan, gangguan sensori, emosional tidak stabil sering dijumpai pada pasien dengan gangguan pituitari.
m.    Test diagnosis
Test diagnostik pada hiperpituitari dan hipopituaitari meliputi:
1)      Pemeriksaan laboratorium
a)      Pemeriksaan kadar hormon-hormon yang dihasilkan oleh kalenjar pituitari seperti ACTH, GH, TSH, FSH, LH, MSH, ADHD dan Oksitosin.
b)      Hormon-hormon yang terkait dengan pengaturan dari hipotalamus seperti TRH, GnRH, Somatostatin, GHRH, GRH, Prolaktin, Releasin Factor (PRF), Dopamine.
c)      Hormon-hormon yang dihasilkan oleh kalenjar target dari pituitari seperti hormon tiroid, hormon paratiroid, kalenjar adrenal, gonad.
2)      Radiologi
a)      Ro’kepala, mengetahui adanya trauma kepala, edema serebri.
b)      CT Scan, mengetahui adanya tumor
c)      MRI, melihat lebih detail potongan-potongan otak untuk mengidentifikasi kelainan otak termasuk tumor.
(lyndon saputra 2012)

K.    Asuhan Keperawatan
1.      Diagnosa 1
Nyeri b.d agens-agens penyebab nyeri
a.       Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak mennyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potnsial yang digambarkan dengan istilah seperti kerusakan.
b.      Kriteria Hasil
1)      Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri mampu menggunakan tekhnik dan faramkologi dan untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
2)      Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
3)      Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
4)      Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
c.       Intervensi
1)      Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor prefisitasi.
2)      Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
3)      Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalman nyeri pasien.
4)      Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
5)      Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
6)      Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lalu.
7)      Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
8)      Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
2.      Diagnosa 2
Ketidakseimbangan nutrisi b.d kurang dari kebutuhan tubuh
a.       Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuuhi kebutuhan metabolik.
b.      Kriteria hasil
1)      Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
2)      Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
3)      Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, tidak ada malnutrisi.
4)      Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
5)      Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
c.       Intervensi
1)      Kaji adanya alergi makanan.
2)      Kolaborasi dengan ahli gizi dengan menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3)      Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.
4)      Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C berikan subtansi gula makanan yang mengandung tinggi serat.
5)      Ajarkan pasien membuat catatan makanan harian, monitor nutrisi dan kandungan kalori dan berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
6)      Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
3.      Diagnosa 3
Ganguan citra tubuhh b.d biofisik
a.       Definisi
Konfusi dalam gambaran mental tentang diri fisik individu
b.      Kriteria Hasil
1)      Body image positif.
2)      Mampu mengidentifikasi kekuatan personal.
3)      Mendeskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh.
4)      Mempertahakan interkasi sosial.
c.       Intervensi
1)      Kaji secara verbal dan nonvebal respon klien terhadap tubuhnya.
2)      Monitor frekuensi mengkritik dirinya.
3)      Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan  progmasis penyakit.
4)      Dorong klien mengungkapkan perasaannya.
5)      Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu.
6)      Fasititas kontrak dengan individu lain dalam kelompok kecil.












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Hiperpituitarisme adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang berlebihan satu atau lebih hormon-hormon yang disekresikan oleh kelenjar pituitari (hipofise) biasanya berupa horon-hormon hipofise anterior. Adenoma hipofise merupakan  5-10% dari semua kejadian tumor intrakranial dan sering timbul dilobus anterior hipofise.
      Akromegali merupakan penyakit akibat tumor hipofisis yang mensekresi hormon pertumbuhan berlebihan. Diagnosis akromegali ditegakkan atas dasar temuan klinis, evaluasi laboratorium, dan pencitraan hipofisis. Tata laksana akromegali yang ada saat ini meliputi terapi pembedahan, medikamentosa dan radioterapi.









Daftar pustaka

Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Nanda NIC-NOC Jilid 3. Yogyakarta : Medi Action
Cahyanur R, Koesnoe S, Sukmana N. 2011. Syndrom Hipersensitifitas Obat. J Indon Med Assoc
Elisabeth J. Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta : EGC.
Lyndon, Saputra. 2012. Buku saku keperawatan pasien dengan gangguan fungsi endokrin. Tanggerang selatan : binarupa aksara
Potter, Perry. 2005. Fundamental keperawatan volume 1. Jakarta : EGC
Sylfia, Anderson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
Tarwoto dkk. 2012. Keperawatan medikal bedah gangguan sistem endokrin. Jakarta : trans info medias
Cahyanur, Rahmat & Perdana Soewondo. 2010. “Akromegali”. Indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/910. Jakarta: Departemen ilmu penyakit dalam, Fakultas Kedokteran UI.
Repository.usu.ac.id/bitstream/1/5_897114038436120145.pdf


Tidak ada komentar:

Posting Komentar