BAB 1
Pendahuluan
A. Latar
belakang
Hal
yang melatar belakangi
hiperpituitarisme adalah hal yang di dasarkan oleh salah satu temuan klnis hiperpituitarisme
yaitu pertumbuhan abnormal, terutama dalam tinggi badan dan penebalan tulang-tulang dan jaringan
lunak akibat dari hipersekresi GH. Sebagian besar 98% kasus akromegali atau hiperpituitarisme
disebabkan oleh tumor hipofisis gejala klinis yang jumpai pada pasien akromegali
disebabkan oleh massa tumor dan hipersekresi hormon pertumbuhan (GH) yang
terjadi setelah lempeng pertumbuhan tulang menutup.
Seiring dengan kemajuan bidang pencitraan dan evaluasi hormonal, makin banyak pasien
akromegali ditemukan dan mendapatkan tatalaksana di Indonesia. Pada tulisan ini akan dibahas mengenai akromegali
ditinjau dari aspek patofisiologi, manifetasiklinis, diagnosis, serta tatalaksana.
(journal indonesia)
Secara umum penyakit-penyakit sistem
endokrin (endokrinopati) ditandai dengan kelebihan atau kekurangan produksi
hormon, yang klinisnya berupa keadaan hipofungsi atau hiperfungsi. Gangguan –
gangguan semacam ini sering kali berkaitan dengan gangguan mekanis umpan balik
seperti hiperpituitari. Hiperpituitalisme adalah ekresi berlebihan
hormon hipofisis anterior. Hiperpituitarisme biasanya hanya mengenai satu jenis
hormon hipofisis, hormon-hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam
kadar lebih rendah. (Elizabeth J. Corwin,).
Akromegali
berasal dari istilah Yunani yaitu akron (ekstremitas) atrd megale (besar), yang
didasarkan atas salah satu temuan klinis akromegali, yaitu pembesaran tangan
dan kaki. Sebagian besar (98%) kasus akromegali disebabkan oleh tumor
hipofisis. Gejala klinis yang dijumpai pada pasien akromegali disebabkan oleh
massa tumor dan hipersekresi hormon pertumbuhan (growth hormone) yang teradi
setelah lempeng peftrmbuhan tulang menutup.l-4 Seiring dengan kemajuan dalam
bidang pencitraan dan evaluasi hormonal, makin banyak pasien Akromegali
ditemukan dan mendapatkan tata laksana di Indonesia (Jurnal Indonesia, 2010).
Pernah
terjadi kejadian orang yang mempunyai tinggi 270 cm di lampung yang bernama
Suparwono (24 tahun) itu termasuk kejadian hiperpituitarisme yang mengalami
kelebihan growth hormone (berita indonesia). Apabila manifestasi klinis dari
kelainan ini tidak segera ditangani dengan perawatan yang tepat, maka akan
menyebabkan timbulnya kematian di usia muda. Hal ini sangat penting terutama
bagi perawat sebagai tenaga kesehatan yang berada 24 jam bersama pasien
gigantisme dan akromegali.
Karena
sangat berbahayanya kelainan ini dan pentingnya untuk mengetahui pentingnya
pengetahuan mengenai hiperpituitarisme
oleh perawat, maka kami tertarik
untuk membahas tentang masalah penyakit hiperpituitarisme.
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadi sumber informasi mengenai
gigantisme dan akromegali, serta bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.Hiperfungsi
biasanya disebabakan
oleh tumor sel-sel adenohipofisis.
B.
Rumusan masalah
1. Apa
itu gangguan hiperpituitarisme ?
2. Bagaimana
caranya hiperpituitarisme dapat terjadi dalam tubuh manusia ?
3. Asuhan
keperawatan apa yang bisa kita lakukan pada pasien yang mengalami
hiperpituitarisme ?
C.
Batasan masalah
Berdasarkan
latar belakang makalah kelompok kami hanya membahas tentang konsep perawatan
pada pasien yang mengalami hiperpituitarisme
D.
Tujuan makalah
1. Tujuan Umum
Untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah sistem endokrin tentang materi
hiperpituitarisme, serta mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep dari
penyakit hiperpituitarisme yang berkaitan dengan gangguan pada sistem endokrin.
2. Tujuan Khusus
a. Mengenal
penyakit hiperpituitarisme
b. Mengetahui bagaimana hiperpituitarisme dapat terjadi
dalam tubuh
c. Mengetahui
asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien yang mengalami
hiperpituitarisme
BAB II
Tinjauan teori
A. Definisi
Kelenjar hipofisis adalah suatu
kelenjar endokrin yang terletak didasar tengkorak (sela tursika) fossa
pituitaria os sfenoid. Besarnya kira-kira 10 x 13 x 6 mm dan beratnya 0,5 gram.
Kelenjar ini memegang peranan penting dalam menyekresikan hormon dari semua
organ endokrin (sebagai pengatur) kegiatan hormon yang lain dan memengaruhi
pekerjaan kelenjar yang lain. (potter perry 2005, vol 1)
Hipofisis merupakan kelenjar yang
berada pada otak bagian dasar, tepatnya pada sella turiska dan dilapisi oleh
selapur dural (diafragma sellae). Kelenjar hipofisis pada orang dewasa beratnya
500-600 ml, diameter 1,2 - 1,5 cm dengan tebal 0,5 cm kelenjar ini terhubung
dengan hipotalamus melalui Iinfundibulum
atau tangkai pituitari. (tarwoto 2012, hal 11)
Pada hipofise diatur agar setiap kelenjar
endokrin, sendiri-sendiri atau bersama-sama, dapat melaksanakan fungsi dengan
baik dan terkoordinasi. Fungsi hipofise dapat diatur oleh susunan saraf pusat
melalui hipotalamus yang dilakukan oleh
sejumlah hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus.akibat rangsangan susunan
saraf pusat, hormon-hormon yang mengatur fungsi hipose hipophysiotropic hormine dihasilkan oleh sel-sel neorosekretori
yang terdapat dalam hipotalamus.(potter perry 2005, vol 1)
Hiperpituitarisme adalah sekresi berlebihan
hormon hipofisis anterior. Hiperpituitarisme biasanya hanya mengenai satu jenis
hormon hipofisis, hormon-hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar
lebih rendah. Hiperpituitarisme juga merupakan penyakit kronis progresif dengan
ditandai oleh disfungsi hormonal yang mengakibatkan pertumbuhan skeletal yang
berlebihan (lydnon saputra 2012)
Kelenjar pituitari mengirimkan
sinyal ke kelenjar lain (misalnya, kelenjar tiroid) untuk menghasilkan hormon
(misalnya, hormon tiroid). Hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis dan kelenjar lainnya memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi
tubuh, seperti pertumbuhan, reproduksi, tekanan darah, dan metabolisme (proses
fisik dan kimia tubuh). Bila satu atau lebih hormon ini tidak diproduksi dengan
benar, fungsi normal tubuh dapat terpengaruh. Beberapa hormon seperti kortisol
dan hormon tiroid mungkin memerlukan pengobatan yang tepat, sedangkan yang lain
tidak mungkin mengancam nyawa. (potter perry 2005)
B. Macam
– macam lobus hipofisis dan hormon yang bekerja
1.
Hipofisis anterior
Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar
hipofisa. Jika hormon yang dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka
kelenjar endokrin lainnya juga akanmelepaskan hormon yang terlalu banyak atau
terlalu sedikit.
Lobus anterior menghasilkan hormon
yang pada akhirnya mengendalikan produksi dari semua organ endokrin lain.antara
lain:
a.
GH/growth
hormone/ hormon pertumbuhan/somatotropik hormone/STH
Sekresi dirangsang oleh growth hormone releasing hormone/GHRH (dari hipotalamus). GH diperlukan untuk:
Sekresi dirangsang oleh growth hormone releasing hormone/GHRH (dari hipotalamus). GH diperlukan untuk:
1)
Pertumbuhan
somatik dan mempertahankan ukuran yang telah dicapai.
2)
mampu meningkatkan metabolisme lemak
3)
dapat meningkatkan aliran gula ke otot
dan lemak,merangsang pembentukan protein di hati dan otot serta memperlambat pembentukan
jaringan lemak,dan mengaktifkan faktor pertumbuhan yang menyerupai insulin
4)
Efek jangka panjang dari hormon
pertumbuhan adalah menghambat pengambilan dan pemakaian gula sehingga kadar
gula darah meningkat dan meningkatkan pembentukan lemak dan kadar lemak dalam
darah. Kedua efek tersebut sangat penting karena tubuh harus menyesuaikan
diri dengan kekurangan makanan ketika berpuasa dan dapat digunakan sebagai
cadangan sumber energi
b.
ACTH (
adenocorticotropic hormone )
Pelepasan
ACTH dipengaruhi oleh cortricotropin releasing hormone dari hipotalamus.
Berfungsi merangsang pertumbuhan dan fungsi korteks adrenal untuk mengatur
produksi kortisol dan beberapa steroid yang menyerupai testosteron
(androgenik)Tanpa kortikotropin,kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan
berhenti menghasilkan kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar
adrenal.Beberapa hormon lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan
kortikotropin, yaitu beta-melanocyte stimulating hormone, yang mengendalikan
pigmentasi kulit serta enkefalin dan endorfin, yang mengendalikan persepsi
nyeri, suasana hati dan kesiagaan.
c.
TSH
(thyroid-stimulating hormone) / hormon tirotropin
Pelepasan
TSH dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormon (TRH) dari hipotalamus berfungsi:
1)
Merangsang
pertumbuhan
2)
merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroid. Terlalu banyak TSH menyebabkan
pembentukan tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme), terlalu sedikit TSH
menyebakbn berkurangnya pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).
d.
LH
(luteinizing hormone)/ interstisial cell stimulating hormone ( ICSH )
merupakan gonadotropin, pada laki-laki
LH berfungsi merangsang
sekresi testosteron oleh sel leydig (sel interstitial testis). Pada wanita LH
mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron oleh korpus luteum dalam
ovarium, merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur&
untuk merangsang pembentukan folikel de graff dalam ovarium.
e. FSH (follicle-stimulating hormone)
merupakan gonadotropin. Pada wanita,FSH merangsang
pembentukan estrogen oleh sel sel folikel dan progesteron,merangsang pelepasan
sel telur setiap bulannya dari indung telur& untuk merangsang
pembentukan folikel de graff dalam ovarium. Pada laki-laki,FSH berfungsi
merangsang tubulus seminiferus untuk meningkatkan pembentukan sperma
f.
hormon
prolaktin/ luteotrofin
Pelepasannya
dipengaruhi oleh prolactin releasing hormon/PRHberfungsi mengendalikan sekresi air susu, dan
memepertahankan adanya korpus luteum selama hamil
2. Hipofisis posterior
Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu
hormon antidiuretik dan oksitosin. Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan
oleh sel-sel saraf di dalam hipotalamus, sel-sel saraf ini memiliki
tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa posterior, dimana hormon
ini dilepaskan.Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang kelenjar
endokrin lainnya, tetapi langsung mempengaruhi organ target
a. Hormon antidiuretik (vasopresin)
Pelepasan
ADH dipengaruhi keadaan kurang cairan/dehidrasi. Sel targetnya adalah tubulus
dan arteriol berfungsi :
1) meningkatkan TD
2) meningkatkan absorsi di tubulus
distal
3) menurunkan krja otot saluran GI
4) meningkatkan
penahanan air oleh ginjal
Hormon ini membantu tubuh menahan
jumlah air yang memadai.Jika terjadi dehidrasi, maka reseptor khusus di
jantung, paru-paru. Otak dan aorta, mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisa
untuk menghasilkan lebih banyak hormon antidiuretik. Kadar elektrolit (misalnya
natrium, klorida dan kalium) dalam darah harus dipertahankan dalam angka
tertentu agar sel-sel berfungsi secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi
(yang dirasakan oleh otak) akan merangsang pelepasan hormon antidiuretik.Pelepasan
hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar gula
darah yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya
klorpropamid, obat-obat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk
mengobati asma dan emfisema).Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya
menekan pembentukan hormon antidiuretik. Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes
insipidus, yaitu suatu keadaan dimana ginjal terlalu banyak membuang air.
b. hormon Oksitosin
Pelepasan
oksitosin dipengaruhi oleh hisapan dan persalinan. Sel targetnya adalah uterus
dan payudara.berfungsi :
1) menyebabkan
kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah persalinan untuk
mencegah perdarahan
2) merangsang
kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar susu. Pengisapan
puting susu merangsang pelepasan oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di dalam
payudara berkontraksi, sehingga air susu mengalir dari dalam payudara ke puting
susu. (tarwoto 2012)
C. Etiologi
Berikut
ini merupakan beberapa etiologi menurut Lyndon Saputra (2012), antara lain :
1. Adenoma
hormone yang mensekresi proklatin
2. Tumor
yang mensekresi growth hormone (GH)
3. Sindrom
Cushing yang disebabkan oleh disfungsi hipofise
4. Adenoma
yang mensekrsikan LH, FSH, atau TSH
5. Adrenalektomi
6. Kehamilan
D.
Patofisiologi
Hiperpituitarisme
umumnya terjadi karena adenoma pituitari atau tumor epithelia, insiden dari
adenoma sekitar 22 % pengaruh tumor ini tergantung pada ukuran dan derajat
infasifnya dan jumlah sekresi dari hormon. Jika ukuran hormon diameternya
kurang dari 10 mm disebut microadenimas,
apabila lebih dari 10 mm disebut macroadenomas.
Besarnya tumor akan mendesak dan mengkompresi organ disekitarnya sehingga
memungkinkan terjadi gangguan persyarafan seperti gangguan pada syaraf
penglihatan, myeri kepala, peningkatan tekanan intrakranial.
Salah
satu yang paling sering terjadi akibat adrenomas adalah kelebihan hormin PLR,
GH, dan ACTH. Kelebihan PLR akan menghambat sekresi steroid gonad dan
gonadotropin pada wanita dan laki-laki mengakibatkan gangguan reproduksi seperti
amenore dan infertile. Keliebihan memproduksi hormon GH menyebabkan ginatisme
pada masa anak-anak dan acromegaly
pada orang dewasa. Pasien akan merasakan adanya perubahan tubuhnya seperti
pertumbuhan cepat menjadi lebih besar . setelah pubertas sebelum epifisis
menutup, tulang-tulang akan tumbuh menjadi lebih cepat organ dalam juga
mengalami hipertropi.
Pada
orang dewasa peningkatan GH mengakibatkan tulang-tulang akral menjadi lebih
panjang dan besar (akromegali) namin sering kali disertai dengan adanya kerusakan
sendi kartilago, kerusakan saraf karena over pertumbuhan dan demyelinisasi sel
syaraf. Kelebihan hormon ACTH mengakibatkan stimulasi korteks adrenal untuk
memproduksi lebih bnayak hormon glukokartikoid, mineralkortikoid dan andogen
dan dapat perkembang menjadi penyakit
cushing (tarwoto 2012)
1. Sekresi
GH yang berlebihan terjadi sesudah penumpukan Epifise
2. Sekresi
GH yang berlebihan menyebabkan pertumbuhan kartilago, tulang dan jaringan lunak
yang berlebihan dan melebarkan kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan gonat.
3. Hipermetabolisme
yang diinduksi oleh GH menyebabkan perubahan hormone. (lyndon saputra 2012)
E.
Tumor
|
Disfungsi kelenjar hipofisis,
adenoma hormon, malfungsi umpan balik organ target, kehamilan,
adrenalektomi
|
Rangsangan pd nosiseptor
|
Pelepasan mediator kimia
|
Nyeri kepala & nyeri sendi
|
Penyebaran suprasel tumor
|
Penekanan pd kiasma optik
|
Nyeri kepala bitemporal,
gangguan penglihatan
|
Kelainan hipotalamus
|
Hipersekresi GH
|
Pertumbuhan
longitudinal:
pertumbuhan raksasa
|
Pertumbuhan somatis: penebalan
tulang & jaringan lunak
|
Hipersekresi TSH
|
Hipertiroid
|
Disfungsi
seksual
|
Obesitas, hipertensi, mudah
lelah/lemah, osteoporosis, glukosuria
|
Hipersekresi Prolaktin
|
HIPERPITUITARISME
|
Hipersekresi FSH & LH
|
Hipersekresi ACTH
|
Tidak menstruasi, ↓ libido,
infertilitas, disfungsi seksual, impotensi
|
Galaktorea
& infertilitas
|
ANSIETAS
|
Kurang informasi
|
↑ pertumbuhan jaringan lunak
|
Lidah membesar, rahang menonjol,
disfagia,penebalan
|
Kesulitan bicara, suara menjadi lebih dalam
|
↑ pertumbuhan jaringan lunak
|
Gangguan citra
tubuh
|
Pembesaran tangan & kaki, menyerupai
persegi empat, bulat & tumpul, pembesaran sinus frontalis &
paranasalis, wajah kasar, supraorbital menonjol, deformitas mandibula,
deformitas/kelainan skeletal
|
Ketidakseimbangan nutrisi: < kebutuhan tubuh
|
Hambatan Komunikasi verbal
|
Gangguan Citra Tubuh
|
Hambatan Mobilitas Fisik
|
NyeriAkut
|
Hambatan
mobilitas fisik
|
(lyndon saputra 2012)
F.
Manifestasi
klinis
Tanda
dan gejala hiperpitutarisme tergantung dari ukuran tumor hipofisis derajat
hormon yang diproduksi disamping itu juga adanya tumor mengakibatkan nyeri
kepala, kelemahan dan gangguan penglihatan, lapang pandang akibat penekanan
pada kiasma optika, serta adanya gangguan pada syaraf kranial tanda dan gejala
tergantung pada target yang terkena (tarwoto 2012)
Berikut
ini merupakan manifestasi klinis dari
hiperpituitarisme (Lyndon Saputra, 2012), antara lain :
1. Gambaran
wajah yang kasar
2. lidah
yang membesar
3. rahang
yang menonjol
4. Kelainan
skeletal
5. Pertumbuhan
kartilago dan jaringan ikat yang berlebihan
6. Jari-jari
tangan yang mirip laba-laba
7. Tangan dan kaki yang lebar
8. Malaise
9. Impotensi
10. Infertilitas
11. Kulit
dan kuku jari yang tebal dan berminyak
12. Deformitas
13. Nyeri
pada sendi
14. Suara
yang menjadi besar atau kasar
15. Diaforesis
16. Sakit
kepala
G.
Komplikasi
1. Kebutaan
2. Gangguan
penglihatan
3. Diabetes
militus
4. Hipertensi
5. Gagal
jantung
6. Arteriosklerosis
7. Kardiomiopati
8. Artritis
9. Sindrom
carpal tunnel
10. Osteoporosis
(Lyndon
Saputra, 2012)
H.
Hasil
test diagnostik
1. Radioimmunoassay
GH : Peningkatan kadar GH plasma dan kadar insulin-lite grouth factor 1
2. Test
supresi glukosa : tidak mampu menekan kadar hormone hingga dibawah nilai normal
2 ng/mL yang bisa diterima
3. CT
scan : tumor hipofise
(Lyndon
Saputra, 2012)
I.
Penatalaksanaan
medis
1. Terapi
radiasi melalui implant transfenoidalis
2. Monitoring
: TTV dan asupan / keluaran cairan
3. Pemeriksaan
laboratorium : kadar glukosa, kalium dan kalsium
4. Preparat
analog somatostatin : oktreotid (Sadostatin)
5. Preparat
dopaminergic : Levodopa ( larodopa ), Bromokritin (Parlodel)
6. Hormon
: somatotropin (humatrope), etinel estradiol, testosterone (AndroGel),
Levotiroksin (synthroid), liyotironin (cytomel), dietilstilbestrol, kortison
(jika seluruh hipofise diangkat)
7. Antagonis
grouth hormone : pegvisomant (Somavert). (LyndonSaputra, 2012)
J.
Pengkajian
Pengkajian
pada kelanjar pituitari sering kali mengalami kesulitan karena tanda dan
gejalanya sangan bervariasi. Hampir seluruh sistem tubuh mengalami gangguan
akibat pengaruh dari hormon, sehingga tanda dan gejala ada yang spesifik dan
tidak spesifik. Untuk membantu mengidentifikasi gangguan pituitari maka
diperlukan pengkajian riwayat keperawatan, tanda dan gejala, spesifik dan test
diagnostik.
1. Riwayat
kesehatan
Riwayat
kesehatan sangat penting dikaji, termasuk diantaranya riwayat penyakit sekarang
yang dialami, riwayat keluarga, psikososial, gaya hidup. Riwayat kesehatan
perlu dikaji untuk menggali informasi mengenai adanya faktor penyebab,
keturunan, atau faktor lain yang berkaitan dengan keluhan yang dirasakan.
Riwayat penyakit terdahulu seperti riwayat trauma, kepala, pembedahan kepala,
infeksi otak, riwayat penggunaan hormon, dan obat-obatan seperti glukokortikoid
dosis besar.
2. Riwayat
Keluarga
Perlu
dikaji riwayat keluarga yang berkaitan dengan penyakit endokrin misalnya
riwayat penyakit diabetes militus, penyakit tiroid, hipertensi, hipotensi, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan, tumor otak.
a. Keluhan
Utama
Keluhan pasien pada gangguan
pituitari ada yang bersifat umum dan khusus.
1) Gejala
umum
a) Adanya
kelemahan
b) Nyeri
kepala
c) Depresi
d) Gangguan
tidur
2) Gejala
spesifik, yang terkait sesuai dengan jenis hormon yang mengalami gangguan,
namun secara spesifik dapat dilihat dari berbagai sistem tubuh:
a) Perubahan
tanda vital, peningkatan suhu tubuh dan nadi terjadi pada pasien dengan
hipertiroid, penurunah suhu tubuh dan nadi lambat biasanya terjadi pada hipotiroid.
Tekanan darah mungkin turun pada insufisiensi ADH karena dehidrasi dan
meningkat pada overproduksi ADH.
b) Kardiovaskuler,
adanya palpitasi pada hipertiroid dan haenechnomocytoma.
c) Intergumen,
adanya perubahan warna seperti adanya hiperpigmentasi dipersendian pada
penyakit addison, kulit kering, kasar, keras dan berisisik seperti pada pasien
dengan hipotiroidisme atau hipoparatiroid.
d) Muskuloskeletal,
kelemahan, nyeri pada persendian seperti pada hiperparatiroid, kerdil,
gigantisme, atau akromegali pada kelainan GH.
e) Perkemihan,
adanya batu ginjal pada hiperparatiroid, sering miksi pada gangguan ADH,
diabetes insipidus.
f) Persarafan,
adanya perubahan status mental, depresi, penurunan kesadaran, tremor, kejang,
gangguan sensorik, motorik dan reflek, gangguan saraf kranial.
g) Sistem
Gastrointestinal, adanya pembesaran lidah, kemerah-merahan pada lidah
(Glossitis), penurunan berat badan, polipagia, poliuria, polidipsi biasanya
terjadi pada pasien DM, inkontinensia bowel, dan konstipasi biasanya terjadi
pada pasien dengan gangguan tiroid.
(lyndon
saputra 2012)
3. Pemeriksaan
Fisik
a. Keadaan
umum, kaji kesadaran pasien, memori dan pola komunikasi. Observasi postur,
proposi tubuh, ukuran tubuh,berat badan dan tinggi badan. Observasi tanda-tanda
kecemasan.
b. Tanda-tanda
vital, kaji perubahan tanda vital, peningkatan suhu tubuh, nadi, pernafasan,
nadi dan perubahan tekanan darah sering terjadi pada pasien dengan gangguan
tiroid.
c. Pemeriksaan
kulit, observasi tekstur dan distibusi rambut, catat adanya kebotakan. Kaji
warna, pigmentasi, strie, ekimosis. Palpasi keadaan kulit, tenderness, tekstur,
turgor.
d. Pemeriksaan
Kepala, catat keadaan kepala, bentuk dan proposi kepala, catat adanya penurunan
bibir dan hidung, pengambilan rahang, keadaan kulit kepala, keadaan rambut
kepala.
e. Pemeriksaan
mata, lihat dan palpasi alis mata, kesimetrisan, ketajaman, pergerakan bola
mata, keadaan bola mata (adakah eksotalmus), lapang pandang, kelemahan,
palpebra.
f.
Pemeriksaan mulut, catat adanya pertumbuhan gigi yang tidak
rata, inspeksi warna mukosa mulut dan ukuran lidah.
g. Pemeriksaan
leher, perhatikan bentuk, kesimetrisan dan posisi garis tengah trakea, palpasi
adanya pembesaran kalenjar tiroid. Observasi adanya kesulitan menelan, nyeri
menelan dan perubahan suara.
h. Pemeriksaan
dada, inspeksi pergerakan dada dan payudara, palpasi pengembangan dada dan
taktir frekmitus, aukultasi bunyi suara nafas dan jantung. Observasi adanya
pernafasan cepat dan dangkal, autropi mamae pada wanita dan genekomastia.
i.
Pemeriksa abdomen, inspeksi bentuk
abdomen, warna kulit seperti hiperpigmentasi, massa, skar dan jejas, asites,
nyeri tekan catat, bising usus dan pembesaran hati dan limfa.
j.
Pemeriksaan genetalia, catat adanya atropi
testis, klitoris, distribusi rambut pubis.
k. Pemeriksaan
ekstrimitas, kaji bentuk dan kesimetrisan ekstrimitas, kekuatan otot, kelemahan
tonus otot, pembesaran tangan dan kaki, nyeri sendi dan trunkei, obesitas (
badan besar ekstrimitas kecil ).
l.
Pemeriksaan neurologi, lakukan pemeriksaan
motorik, sensorik, reflek dan fungsi saraf kranial. Adanya kelemahan, gangguan
sensori, emosional tidak stabil sering dijumpai pada pasien dengan gangguan
pituitari.
m. Test
diagnosis
Test
diagnostik pada hiperpituitari dan hipopituaitari meliputi:
1) Pemeriksaan
laboratorium
a) Pemeriksaan
kadar hormon-hormon yang dihasilkan oleh kalenjar pituitari seperti ACTH, GH,
TSH, FSH, LH, MSH, ADHD dan Oksitosin.
b) Hormon-hormon
yang terkait dengan pengaturan dari hipotalamus seperti TRH, GnRH,
Somatostatin, GHRH, GRH, Prolaktin, Releasin Factor (PRF), Dopamine.
c) Hormon-hormon
yang dihasilkan oleh kalenjar target dari pituitari seperti hormon tiroid,
hormon paratiroid, kalenjar adrenal, gonad.
2) Radiologi
a) Ro’kepala,
mengetahui adanya trauma kepala, edema serebri.
b) CT
Scan, mengetahui adanya tumor
c) MRI,
melihat lebih detail potongan-potongan otak untuk mengidentifikasi kelainan
otak termasuk tumor.
(lyndon
saputra 2012)
K.
Asuhan
Keperawatan
1. Diagnosa
1
Nyeri
b.d agens-agens penyebab nyeri
a. Definisi
Pengalaman
sensori dan emosi yang tidak mennyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan
yang aktual atau potnsial yang digambarkan dengan istilah seperti kerusakan.
b. Kriteria
Hasil
1) Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri mampu menggunakan tekhnik dan faramkologi
dan untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
2) Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
3) Mampu
mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
4) Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
c. Intervensi
1) Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan faktor prefisitasi.
2) Observasi
reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
3) Gunakan
tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalman nyeri pasien.
4) Kaji
kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
5) Evaluasi
pengalaman nyeri masa lampau.
6) Evaluasi
bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lalu.
7) Bantu
pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
8) Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan.
2. Diagnosa
2
Ketidakseimbangan
nutrisi b.d kurang dari kebutuhan tubuh
a. Definisi
Asupan
nutrisi tidak cukup untuk memenuuhi kebutuhan metabolik.
b. Kriteria
hasil
1) Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
2) Berat
badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
3) Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, tidak ada malnutrisi.
4) Menunjukan
peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
5) Tidak
terjadi penurunan berat badan yang berarti.
c. Intervensi
1) Kaji
adanya alergi makanan.
2) Kolaborasi
dengan ahli gizi dengan menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
3) Anjurkan
pasien untuk meningkatkan intake Fe.
4) Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C berikan subtansi gula makanan
yang mengandung tinggi serat.
5) Ajarkan
pasien membuat catatan makanan harian, monitor nutrisi dan kandungan kalori dan
berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
6) Kaji
kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
3. Diagnosa
3
Ganguan
citra tubuhh b.d biofisik
a. Definisi
Konfusi
dalam gambaran mental tentang diri fisik individu
b. Kriteria
Hasil
1) Body
image positif.
2) Mampu
mengidentifikasi kekuatan personal.
3) Mendeskripsikan
secara faktual perubahan fungsi tubuh.
4) Mempertahakan
interkasi sosial.
c. Intervensi
1) Kaji
secara verbal dan nonvebal respon klien terhadap tubuhnya.
2) Monitor
frekuensi mengkritik dirinya.
3) Jelaskan
tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan
progmasis penyakit.
4) Dorong
klien mengungkapkan perasaannya.
5) Identifikasi
arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu.
6) Fasititas
kontrak dengan individu lain dalam kelompok kecil.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperpituitarisme adalah suatu keadaan dimana terjadi
sekresi yang berlebihan satu atau lebih hormon-hormon yang disekresikan oleh
kelenjar pituitari (hipofise) biasanya berupa horon-hormon hipofise anterior.
Adenoma hipofise merupakan 5-10% dari
semua kejadian tumor intrakranial dan sering timbul dilobus anterior hipofise.
Akromegali merupakan penyakit akibat tumor
hipofisis yang mensekresi hormon pertumbuhan berlebihan. Diagnosis akromegali
ditegakkan atas dasar temuan klinis, evaluasi laboratorium, dan pencitraan
hipofisis. Tata laksana akromegali yang ada saat ini meliputi terapi
pembedahan, medikamentosa dan radioterapi.
Daftar
pustaka
Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Nanda NIC-NOC Jilid 3. Yogyakarta : Medi
Action
Cahyanur R, Koesnoe S, Sukmana N.
2011. Syndrom Hipersensitifitas Obat.
J Indon Med Assoc
Elisabeth J. Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta : EGC.
Lyndon, Saputra. 2012. Buku saku keperawatan pasien dengan gangguan
fungsi endokrin. Tanggerang selatan : binarupa aksara
Potter, Perry. 2005. Fundamental keperawatan volume 1.
Jakarta : EGC
Sylfia, Anderson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta : EGC
Tarwoto dkk. 2012. Keperawatan medikal bedah gangguan sistem
endokrin. Jakarta : trans info medias
Cahyanur, Rahmat & Perdana Soewondo. 2010. “Akromegali”. Indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/910.
Jakarta: Departemen ilmu penyakit dalam, Fakultas Kedokteran UI.
Repository.usu.ac.id/bitstream/1/5_897114038436120145.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar