BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Salah satu faktor biologis yang
dapat menghambat tumbuh kembang anak adalah
adanya
abnormalitas fungsi tiroid.Abnormalitas tiroid dapat
dibagi atas 2 bagian
besar, yaitu hipertiroid dan hipotiroid.Hipertiroid
adalah keadaan abnormal kelenjar tiroid akibat meningkatnya produksi hormon tiroid sehingga kadarnya meningkat dalam darah
yang ditandai dengan penurunan berat
badan, gelisah,
tremor, berkeringat dan
kelemahan
otot.
Didapatkan pula peningkatan produksi triiodotironin (T3)
sebagai hasil meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan perifer. Berdasarkan penelitian ini, pertama kali
hipertiroidisme dilaporkan
oleh Parry pada tahun
1825,
kemudian
Graves pada
tahun 1835 dan disusul oleh Basedow
pada tahun 1840. Dari berbagai penyebab hipertiroidisme, penyakit Graves atau penyakit Basedow
atau penyakit
Parry merupakan penyebab paling sering ditemukan. Penyebab hipertiroid (tirotoksikosis) 70% adalah penyakit Graves, sisanya karena gondok multinodular toksik dan adenoma toksik.
Hipertiroid kongenital biasanya memiliki
onset sejak masa prenatal dan
muncul segera setelah lahir, beberapa
hari setelah lahir, atau bahkan beberapa minggu
setelah lahir.Biasanya bersifat transien.Insidensnya sebesar 2% pada bayi yang
baru
lahir dari ibu dengan penyakit Graves.Lebih sering ditemukan pada
bayi laki-laki
daripada perempuan. Hipertiroid kongenital terjadi karena transfer TRSAbs (TSH
receptor-stimulating antibodies)
dari ibu ke bayi melalui plasenta. Onset klinis, berat,
dan perjalanan penyakitnya dipengaruhi oleh adanya
potensi TRSAb,
lama
dan derajat beratnya hipertiroid intrauterine.serta obat antitiroid yang dikonsumsi oleh ibu.
Pemeriksaan hormon tiroid berguna
untuk konfirmasi diagnosis dan harus
dikerjakan pada setiap bayi yang
dicurigai mengalami hipertiroid kongenital.sebagian
besar
bayi lahir prematur, mengalami pertumbuhan intrauterinnya
terhambat, tampak
sangat gelisah, iritabel,
dan hiperaktif. Pada pemeriksaan
fisis ditemukan adanya
eksoftalmus, takikardia, takipnea, dan peningkatan suhu tubuh. Pada
keadaan berat dapat terjadi
penurunan berat badan.Pengobatan yang diberikan adalah
propranolol oral,
propiltoiurasil (PTU), ditambahkan
larutan lugol.Setelah keadaan eutiroid tercapai, hanya PTU yang diteruskan dan diturunkan secara bertahap. Remisi dapat terjadi pada usia 3-4 bulan namun kadang
menetap sampai masa kanak-kanak.
Hipertiroidisme
relatif jarang terjadi pada anak-anak, sering
disebabkan oleh
penyakit Graves. Perempuan lebih sering menderita Graves dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 3-6:1. Insiden semakin meningkat pada usia dewasa muda, dan
paling banyak pada usia 10-15 tahun. Penyakit Graves ternyata berhubungan dengan
HLA-B8 dan HLA-DR3. Kembar
monozigot menunjukkan keterkaitan dengan penyakit ini, sehingga memberikan dugaan bahwa pengaruh lingkungan dan genetik berperan pada penyakit Graves.Penyakit Graves juga lebih sering
terjadi pada pasien dengan
trisomi 21 daripada pasien tanpa trisomi 21.
Menurut WHO jumlah penderita penyakit hipertiroid di seluruh dunia pada tahun 2000 diperkirakan 400 juta, dan lebih sering
terjadi pada wanita di bandingkan laki-laki
dengan
perbandingan
5 : 1.
Insiden
keseluruhan hipertiroidisme di Amerika diperkirakan antara 0,5 % dan 1,3 %
dengan sebagian besar berupa keadaan subklinis. Sebuah studi berdasarkan
populasi di UK dan Ireland pada tahun
2004
menemukan
insidens sebesar
0,9
kasus per
100,000
anak berusia lebih
muda dari 15 tahun,
ini menunjukkan bahwa insidens penyakit meningkat dengan usia. Keseluruhannya, prevalensi Graves pada anak dijumpai sekitar
0,02% (1:5000), tersering pada anak berusia antara 11
dan
15 tahun. Laporan hasil studi
tersebut, didapati
dari
143 anak yang
menderita penyakit
Graves, 38% merupakan anak prapubertas. Prevelensi hipertiroidisme kira-kira 5-10 kali lebih rendah daripada hipotiroidisme.
Jumlah
penderita penyakit ini di seluruh dunia pada tahun 1960 sekitar 200
juta, 12 juta diantaranya terdapat di Indonesia. Angka kejadian hipertiroidisme yang didapat dari beberapa
praktek di Indonesia berkisar antara
44,44%-48,93% dari seluruh penderita
dengan penyakit kelenjar gondok. Tetapi hipertiroid tidak hanya
terjadi pada usia pertengahan, namun di usia anak-anak dan remaja dapat terjadi walau insidens dan prevalensi di Indonesia
belum pasti. Beberapa kepustakaan luar negeri diketahui insidensnya pada anak diperkirakan 1/100.000 anak per tahun. Mulai 0,1/100.000 anak per tahun untuk anak usia 0-4 tahun meningkat sampai dengan 3/100.000 anak per tahun pada usia remaja.
Selama
masa anak dan remaja kebanyakan pasien dengan penyakit Graves memperlihatkan gejala
dan tanda
klasik. Pada awal perjalanan penyakit, gejala dan
tanda spesifik pada anak adalah adanya struma difus, takikardia, cemas, peningkatan tekanan
darah,
proptosis, peningkatan
nafsu makan, tremor, kehilangan berat badan,
dan tidak tahan udara panas. Meskipun
gejala hipertiroid akibat penyakit Graves bervariasi, namun cenderung
lebih berat dari penyebab hipertiroid lainnya. Kelainan
mata
ditemukan pada
lebih dari
pasien
Graves dan
hampir selalu
dijumpai pembesaran
kelenjar tiroid.
Pemeriksaan laboratorium yang penting adalah pengukuran kadar T4 bebas dan
TSH dalam darah
untuk
menegakkan
diagnosis hipertiroid.
Pada pasien hipertiroid didapati peningkatan kadar T4 bebas dan penurunan kadar TSH.
Pemeriksaan laboratorium lain mungkin diperlukan seperti antara
lain pemeriksaan kadar T3 , antibodi
tiroid
(terutama TRAbs)
dan tes
ambilan
yodium radioaktif.
Pemeriksaan terakhir ini
dilakukan jika diagnosis penyakit Graves belum meyakinkan.
Tujuan pengobatan penyakit Graves adalah
untuk mengembalikan
kadar hormon
tiroid yang normal.
Terapinya mempunyai
tiga
modalitas
untuk pasien dengan penyakit Graves yaitu obat antitiroid, yodium radioaktif, dan pembedahan.
Pemilihan terapi yang terbaik untuk penyakit Graves tidak mudah, tetapi perlu diingat
bahwa ketiga pilihan terapi
di atas sama baiknya dan memberikan hasil yang baik
jika dilakukan oleh dokter yang
berpengalaman. Kebanyakan pasien memutuskan untuk
memulai pengobatan dengan PTU atau metimazol bersama dengan beta bloker, dan selanjutnya mempertimbangkan kembali pilihan terapi lain setelah merasa
baik dan tenang. Hal ini merupakan pendekatan singkat yang
baik dalam pengobatan penyakit Graves dan sering
direkomendasikan kepada pasien berdasarkan pengalamannya.
pasien merasa nyaman
dengan terapi yang dipilih.
B.
TUJUAN
PENULISAN
1. Tujuan
Umum
Setelah membahas tentang
“Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin Hipertiroidisme” mahasiswa mampu untuk
memahami konsep dasar dan penerapan aplikasi dari masalah keperawatan
2. Tujuan
Khusus
a. Memahami
dan menjelaskan definisi hipertiroidisme
b. Memahami
dan menjelaskan etiologi hipertiroidisme
c. Memahami
dan menjelaskan klasifikasi hipertiroidisme
d. Memahami
dan menjelaskan patofisiologi hipertiroidisme
e. Memahami
dan menjelaskan manifestasi klinik hipertiroidisme
f.
Memahami dan menjelaskan pathway
hipertiroidisme
g. Memahami
dan menjelaskan pemeriksaan diagnostik hipertiroidisme
h. Memahami
dan menjelaskan penatalaksanaan hipertiroidisme
i.
Memahami dan menjelaskan asuhan
keperawatan hipertiroidisme
C.
METODE
PENULISAN
Dalam penulisan makalah
ini kami menggunakan metode diskriftif, yang diperoleh dari literatur dari
berbagai media baik buku maupun internet yang disajikan.
D.
SISTEMATIKA
PENULISAN
Sistematika dalam
penulisan makalah ini adalah :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, tujuan, metode dan sistematika penulisan.
BAB II : Terdiri dari definisi hipertiroidisme, etiologi
hipertiroidisme, klasifikasi
hipertiroidisme, patofisiologi hipertiroidisme, manifestasi hipertiroidisme,
pathway hipertiroidisme , pemeriksaan diagnostik hipertiroidisme, dan penatalaksanaan hipertiroidisme
BAB III : Asuhan Keperawatan dan diagnosa
keperawatan.
BAB IV : Kesimpulan dan saran.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
DEFINISI
HIPERTIROIDISME
Hipertiroidisme adalah
peningkatan sintesis hormon tiroid akibat aktivitas berlebihan kelenjar tiroid
(penyakit graves) atau perubahan fungsi kelenjar tiroid (penyakit goiter toksik
nodular). (Dr. Andri Hartono, 2012)
Hipertiroidisme Merupakan
sebagian besar efek hipertiroidisme telah dijelaskan mengenai bagian efek
fisiologi hormon tiroid. Akan tetapi, adanya beberapa efek spesifik yang
terutama berhubungan dengan segi perkembangan, diagnosis, dan pengobatan
hipertiroidisme. (Guyton, 2007)
Hipertiroidisme (sekresi
berlebihan dari TH), adalah penyakit endokrin yang dapat dicegah. Penyakit ini
sebagian besar terjadi pada perempuan (dengan rasio perempuan – laki laki,
4:1). Khususnya pada perempuan usia 20-40 tahun. (Joyse M. Black, 2014).
B.
ETIOLOGI
HIPERTIROIDISME
1. Penyakit
Graves
Kondisi yang terjadi akibat kelainan autoimun pada
tubuh. Penyakit Graves termasuk kondisi turunn yang bisa muncul pada usia 20-40
tahun. Penyakit ini menyerang kelenjar tiroid yang akhirnya memicu meningkatnya
hormon tiroksin. Belum diketahui kondisi apa yang menyebabkan kelainan autoimun
ini, tapi faktor lingkungan dan keturunan dianggap berperan pada kemunculan
kelainan ini. Selain hipertiroidisme, penyakit graves juga memengaruhi mata,
yaitu mengakibatkan pandangan kabur dan ketidaknyamanan. Kondisi tersebut
ditandai dengan bola mata yang terlihat menonjol keluar.
2. Tiroiditis
sub akut
Terjadinya peradangan pada
kelenjar tiroid, keadaan ini mungkin dapat terjadi karena adanya virus,
berhubungan dengan demam dan sakit ketika menelan. Kelenjar tiroid ini juga lunak
saat disentuh. Peradangan ini bisa terjadi karena adanya akumulasi sel-sel darah
putih yang dikenal dengan istilah limfositis. Peradangan meninggalkan kelenjar tiroid
bocor sehingga jumlah kelenjar tiroid yang masuk kedalam darah menjadi meningkat
(Swann Morton,2013)
3. Kankertiroid
Kanker tiroid tergolong sangat langka. Jika kanker
tiroid bermula dari jaringan folikel tiroid dan sel-sel kanker mulai
menghasilkan banyak menghasilkan banyak hormon tiroksin.
4. Tiroid
nodul
Satu nodul (benjolan) atau lebih dapat tumbuh di
kelenjar tiroid, secara bertahap meningatkan aktivitas kelenjar dan hormon
tiroid dalam darah. Jika hanya satu nodul yang menyebabkan hipertiroidisme
disebut nodul beracun tunggal. Jika beberapa nodul tiroid yang menyebabkan
hipertiroidisme, kondisi ini disebut gondok multinodular toksik.
C.
KLASIFIKASI
HIPERTIROIDISME
Thamrin (2007)
mengklasifikasikan hipertiroidisme menjadi 4 bagian :
1. Goiter
Toksik Difusa (Grave’s Disease)
Kondisi yang disebabkan,
oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh dimana zat antibodi menyerang
kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenhijar tiroid untuk memperoduksi
hormon tiroid terus-menerus. Grave’s
Disease lebih banyak ditemukan pada wanita dari pada pria, gejalanya
dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20-40 tahun. Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi terjadinya
ganguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel
dalam tubuh itu sendiri.
2. Penyakit
Tiroid Nodular (Nodular Thyroid Disease)
Pada kondisi ini biasanya ditandai
dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai dengan rasa nyeri.
Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya timbul seiring dengan
bertambahnya usia.
3. Subakut
Tiroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri,
pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan mengakibatkan produksi hormon
tiroid dalam jumlah besar kedalam darah. Umumnya gejala menghilang setelah
beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang.
4. Postpartum
Tiroiditis
Timbul pada 5-10% wanita pada 3-6
bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi selama 1-2 bulan. Umumnya kelenjar
akan kembali normal secara perlahan-lahan.
D.
PATOFISIOLOGI
HIPERTIROIDISME
Hipertiroidisme ditandai dengan
hilangnya pengaturan normal dan sekresi TH. Oleh karena aksi TH bagi tubuh adalah
stimulasi, hipermetabolisme terjadi, dengan peningkatan aktivitas system saraf simpatis.
Jumlah berlebih dari TH menstimulasi system kardiologi dan meningkatkan jumlah reseptor
beta adrenergic penyebab takikardi, peningkatan curah jantung, volume sekuncup,
respon adrenergik, dan aliran darah perifer. Metabolisme meningkat tajam menyebabkan
keseimbangan negatif nitrogen, deplesi lipid, dan defisiensi status nutrisi serta
kehilangan berat badan.
(Joyce
M. Black, 2009).
Hipertiroidisme juga menghasilkan
gangguan sekresi dan metabolisme hormone hipotalamus, hipofisis, dan gonad.
Jika terjadi sebelum pubertas, pertumbuhan organ seksual akan terlambat pada kedua
jenis kelamin. Jika terjadi setelah pubertas, akan menghasilkan penurunan
libido pada laki-laki atau perempuan. Perempuan bisa mengalami ketidakteraturan
menstruasi dan penurunan fertilitas (Joyce M. Black, 2009).
Penyakit Grave merupakan kelainan
autoimun. Kelenjar tiroid secara abnormal dirangsang oleh Thyroid Stimulating Immunoglobulins (TSI). TSI merupakan antibodi yang diarahkan kelokasi
reseptor TSH dalam folikel-folikel tiroid. Antibodi ini merangsang reseptor tyroid stimulating hormone. TSH pada kelenjar
tiroid dan menyebabkan aktivitas kelenjar tiroid yang berlebih sehingga
produksi hormon tiroksin berlebih. Akibatnya, TSI menyerupai kerja TSH pada kelenjar
tiroid. Pengendalian regulasi umpan balik negatif normal pada TSH tidak bekerja
pada TSI sehingga kelenjar tiroid menjadi aktif secara berlebihan, menyebabkan
produksi hormon tiroid berlebih (Esther Chang, 2010).
E.
MANIFESTASI
KLINIS HIPERTIROIDISME
Gejala-gejala umum
termasuk:
1. Keringat
berlebihan
2. Ketidaktoleranan
panas
3. Pergerakan-pergerakan
usus besar yang meningkat
4. Gemetaran
5. Kegelisahan;
agitasi
6. Denyut
jantung yang cepat
7. Kehilangan
berat badan
8. Kelelahan
9. Konsentrasi
yang berkurang
10. Aliran menstruasi yang tidak teratur dan
sedikit
Pada pasien-pasien yang
lebih tua, irama-irama jantung yang tidak teratur dan gagal jantung dapat
terjadi. Pada bentuk yang paling parahnya, hipertiroid yang tidak di rawat
mungkin berakibat pada” thyroid storm”, suatu kondisi yang melibatkan tekanan
darah tinggi, demam, dan gagal jantung. Perubahan-perubahan mental, seperti
kebingungan dan kegila-gilaan juga mungkin terjadi.
Hipertiroid dapat di
curigai pada pasien-pasien dengan:
1. Gemetaran-gemetaran,
keringat berlebihan, kulit yang seperti beludru halus
2. Rambut
halus
3. Suatu
denyut jantung yang cepat
4. Suatu
pembesaran kelenjar tiroid
Mungkin ada keadaan
bengkak sekeliling mata-mata dan suatu tatapan yang karakteristik disebabkan
oleh peninggian dari kelopak-kelopak mata bagian atas. Gejala-gejala yang lebih
lanjut biasanya lebih mudah di deteksi, namun gejala-gejala awal, terutama pada
orang-orang yang lebih tua mungkin tidak cukup menyolok mata.
Menurut Sylvia ( 2006 ),
tanda dan gejala penderita hipertiroid adalah :
Apatis, mudah lelah, kelemahan otot, mual, muntah,
gemetaran, kulit lembab, berat badan menurun, takikkardi, mata melotot, dan kedipan
mata berkurang (Swann Morton, 2013).
Manifestasi
klinis hipertiroidisme dapat ringan atau berat. Produksi hormon tiroid yang
berlebih mengakibatkan peningkatan metabolisme yang akan meningkatkan produksi
panas tubuh, selera makan, penurunan berat badan (yang terjadi jika asupan
kalori tidak dapat mengimbangi laju metabolisme), diare, perspirasi,
intoleransi panas, dan sesak napas. Peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis
yang merangsang reseptor beta adrenergik secara berlebihan pada sistem
kardiovaskular mengakibatkan takikardia, palpitasi, peningkatan curah jantung
dan aliran darah perifer.
Peningkatan rangsangan sistem saraf pusat
mengakibatkan gejala tremor,gelisah, cemas, insomnia, dan gangguan kesehatan
jiwa dengan rentang dari depresi hingga delirium. Eksoftalmost terjadi karena
pertumbuhan jaringan berlebih di belakang bola mata. Goiter terjadi karena
rangsangan kelenjar tiroid yang continue oleh TSI.
Thyroid
storm merupakan bentuk hipertiroidisme yang ekstrem yang
mengancam jiwa. Keadaan ini dipicu oleh stressor fisiologis, seperti infeksi,
infark miokardium, dan pembedahan, dan ditandai dengan manifestasi tanda dan
gejala hipertiroidisme yang ekstrem (Esther Chang, 2010).
F.
PATHWAY
HIPERTIROIDISME
Konsumsi
Iodium tinggi
|
Adenoma
|
Hiperfungsi
kelenjar tiroid
|
Triodotironin (T3)
|
Peristaltik usus meningkat reabsorbsi menurun
|
Kerja
tiroid meningkat
|
Diare
|
Kalsitonin
meningkat
|
Hipersekresi
hormon
|
Gangguan
fungsi kelenjar
|
Tiroiditis
|
Tiroksin
(T4)
|
Ca
dalam darah menurun
|
Pertahankan
laju metabolisme
|
P Peningkatan
Metabolisme
|
Takipnea (napas pendek, cepat)
|
Respirasi
|
M Masukan nutrisi menurun
|
Bf -Takikardi & aritmia
-TD, nadi
--- - Angina
--- - Gagal jantung
&
|
Kardiovaskuler
|
Hipermetabolisme
|
Penurunan
curah jantung
|
Hipertermi
|
Otot
kekurangan Ca
|
Peningkatan
suhu tubuh
|
Ketidakefektifan
nutrisi kurang dari kebutuhan
|
B Berat
badan menurun
|
Integument
|
Peningkatan
produksi keringat, kulit kemerahan
|
Kelemahan
otot, fatique, gangguan koordinasi dan tremor
|
Hambatan
mobilitas fisik
|
Bladder ͢
peningkatan reabsorbsi cairan
|
Penurunan
kerja otot
|
Output
utine menurun
|
Ketidakefektifan pola napas
|
Retensi
urine
|
Kerusakan
integritas kulit
|
G.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK HIPERTIROIDISME
Guyton (2012). Untuk
kasus hipertiroidisme yang biasa, diagnosis yang paling tepat adalah dengan
melakukan pengukuran langsung konsentrasi tiroksin “bebas” (dan sering
triidiotironin) didalam plasma, dengan menggunakan cara pemeriksaan
radioimunologi yang tepat.
1. Kecepatan
metabolisme basal biasanya meningkat sampai +30 hingga +60 pada hipertiroidisme
berat.
2. Konsentrasi
TSH didalam plasma diukur dengan radioimunologi. Pada tipe hipertiroidisme yang
biasa, sekresi TSH oleh hipofisis anterior sangat ditekan secara menyeluruh
oleh sejumlah besar tiroksin dan triidiotironin yang sedang bersirkulasi
sehingga hampir tidak ditemukan TSH dalam plasma.
3. Konsentrasi
TSI diukur dengan pemeriksaan radioimunologi. TSI biasanya tinggi pada tipe
tirotoksikosis yang biasa tetapi rendah pada adenomatiroid.
4. Kecepatan
ambilan yodium radioaktif dalam dosis suntikan standar oleh kelenjar tiroid
yang normal, bila diukur denhan detektor radioaktif yang telah dikalibrasi,
yang ditempatkan diatas leher, adalah sekitar 4% perjam. Pada pasien
hipertiroid, ini dapat meningkat samapai setinggi 20-25% perjam.
5. Jumlah
yodium yang diikat keprotein plasma biasanya, tetapi tak selalu berbanding
lansung dengan jumlah tiroksin juga bermakna dalam diagnosis hipertiroidisme
H.
PENCEGAHAN
DAN TERAPI KOMPLIKASI HIPERTIROIDISME
Agen
penghambat adrenergik kadang diberikan sebagai terapi tambahan (adjuvan) untuk mengontrol aktifitas sistem
parasimpatis. Fakta menunjukkan bahawa preparat ini mempunyai keuntungan untuk
mengobati jantung hipertiroid yang lebih sensitif terhadap katekolamin dan
adanya peningkatan reseptor beta adrenegik. Selanjut nya, penggunaan obat ini
mengurangi manifestasi paltifasi dan takikardi, tremor, serta kecemasan. Obat
yang sering digunakna untuk ini adalah propanolol.
Klien
hipertiroidisme memerlukan kalori yang tinggi ( 4000-5000 kalori), diet protein
tinggi untuk mengompensasi laju metabolisme yang tinggi, mencegah keseimbangan
nitrogen negatif, dan kehilangan berat badan. Blokade pelepasan TH biasa nya
dicapai dengan pemberian oral yodium seperti kalium yidoda ( KI ). KI juga
dapat diberikan intravena. Glukokortiroid dan propiltiourasil umumnya juga
diberikan untuk menghambat efek saraf simpatis dan mengobati kakikardi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a. Data
biografi : nama, umur, alamat, status, jenis
kelamin, tgl MRS, diagnosa medis, Keluarga yang dapat di hubungi, catatan
kedatangan.
b. Riwayat
kesehatan
1)
Keluhan utama :
Biasanya
pasien datang ke RS dengan keluhan, badan terasa lemas, sering gemetaran,
keringat berlebih dan jantung terasa berdetak cepat.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya pada saat dilakukan pengkajian
pasien mengeluh gemetaran, badan terasa lemas, muall, muntah, tidak nafsu
makan, tidak bisa tidur.
3) Riwayat kesehatan keluarga :
Biasanya penyakit bukan merupakan penyakit keturunan, dan bisa
juga ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti yang
dialami oleh pasien.
4) Riwayat kesehatan dahulu:
Biasanya penyakit hipertiroid ini
gajalanya timbul dalam waktu yang lama dan belum dirasakan oleh pasien, dan
merupakan penyakit yang susah di sembuhkan dan membutuhkan pengobatan yang
kontinu.
c.
Data dasar
1) Aktivitas dan istirahat
Data subyektif : Insomnia, sensitivitas meningkat, otot
lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat
Data objektif : Atrofi otot
2) Sirkulasi
Data subyektif: Palpitasi dan nyeri dada
Data obyektif: Disritmia(fibrilasi atrium),
irama galop, murmur, peningkatan tekanan darah, takikardi saat
istirahat, dan sirkulasi kolaps
3)
Integritas ego
Data
subyektif: Mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik
Data obyektif : Emosi labil(euforia sampai
delirium), depresi
4) Eliminasi
Data Subyektif:
Urin dalam jumlah banyak dan perubahan dalam feses,diare
5) Makan/ minum
Data
subyektif: Kehilangan BB yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
makan sering, kehausan dan mual muntah
Data
obyektif: Pembesaran tiroid, goiter, edema
non pitting terutama daerah pretibial
6) Sensori neural
Data
obyektit: Bicara cepat dan parau, ganggguan status mental dan perilaku seperti bingung, disorentai,
gelisah, peka rangsang, delirium, sikosts, stupor koma, tremor halus pada
tanan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-sentak, dan hiperaktif
renekstenon dalam(RTD)
7) Nyeri/kenyamanan
Data subyektif: Nyeri orbital, fotofobia
8) Respirasi
Tanda : Frekuensi pemaparan meningkat;takipnea
dan dispnea
9) Keamanan
Data
subyektif : Tidak toleransi terhadap panas, keringat berlebihan, alergi terhadap iodium 9 mungkin digunakan pada
pemeriksaan
Data
obyektif : Suhu meningkat diatas 37,4 C;diaforesis, kulit halus, hangat dan
kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptalmus retraksi, intas pada
kinjungtiva dan berair pruritus, lesi eritema(sering terjadi pada pretibial
yang menjadi sangat parah
10) Seksualitas
Data
obyektif: Penurunan libido, hipomenorca,
amenorea dan impoten
11) Penyuluhan
pembelajaran
Subjektif
Data: Riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid, riwayat hipotiroidis
terap hormontiroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan
antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian
insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung trauma, pemeriksaan
rontgen dengan zat kontras.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Penurunan curah jantung b.d hipertiroid tidak
terkontrol, hipermetabolisme peningkatan beban kerja jantung
b.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
peningkatan metabolsme (peningkatan nafsu makan pemasukan dengan penururunan
BB)
c.
Kerusakan integritas Jaringan mata b.d perubahan
mekanisme perlindungan dari mata
3. Intervensi Keperawatan
a.
Penurunan curah Jantung bd hipertirold tidak
terkontrol hipermetabolisme, peningkatan beban kera jantung
1)
Pantau Perhatikan besarnya tekanan nadi
2)
Periksa /teliti kemungkinan nyeri dada yang dikeluhkan
pasien
3)
Kaji nadi denyut jantung saat pasien tidur
4)
Auskultasi suara Jantung perhatikan adanya bunyi
Jantung tambahan. adanyainamagallop dan murmur sistolik
5)
Pantau EKG, catat atau perhatikan kecepatan atu irama
Jantung dan adanya disritmia
6)
Observasi tanda dan gejala kehausan yang hebat, mukosa
membran kering, nad lemah, pengusian kaapiler lambat, penurunan produkst urin
dan hipotensi
7)
Catat adanya riwayat asma bronko kontriksi, kehamilan,
sinus bradikardi/blok Jantung yang berlanjut menjadi gagal jantung
b.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan b.d peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan pemasukan
dengan penururunan BB)
1)
Auskultasi bising
usus
2)
Catat dan laporkan
adanya anoreksia, kelemahan umum/nyeri abdomen. munculnya mual muntah
3)
Pantau masukan
makanan setiap hari dan tumbang BB setiap hari serta laporkan adanya penurunan
BB
4)
Dorong pasien
untuk makandan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil dengan
menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna
5)
Hindari pemberian
makananyang dapat meningkatkan peristaltik usus (teh, kopi dan makanan berserat
lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare
6)
Bicara dengan nada
normal
c.
Kerusakan
integritas jaringan mata b.d perubahan mekanisme perlindungan dari mata
1)
Observasi edema
peiorbital, gangguan penutupan kelopakmata. Lapang pandang penglihatan yang
sempit, air mata yang berlebihan. Catat adanya fotofobia, ras adanya benda
diluar mata dan nyeri pada mata
2)
Evaluasi ketajaman
mata, laporkan adanya pandangan yang kabur atau pandangan ganda (diplopla)
3)
Anjurkan pasien
menggunakan kaca mata gelap ketika bangaundan tutup dengan peneutup mata
selamatidur sesuai kebutuhan
4)
Bagian kepala
tempat tidur ditinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi
5)
Berikan kesempatan
pasian untuk mendiskusokan perasaaan tentang perubahanganbaran atau betuk tubuh
untuk meningkatkan gambanran tubuh
6)
Instruksikan agar
pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Hipertiroidisme Merupakan
sebagian besar efek hipertiroidisme telah dijelaskan mengenai bagian efek
fisiologi hormon tiroid. Akan tetapi, adanya beberapa efek spesifik yang
terutama berhubungan dengan segi perkembangan, diagnosis, dan pengobatan
hipertiroidisme.
Diantara penyebab dari
hipertiroidisme adalah herediter, toksik adenoma, tumor kelenjar hipofisi,
tiroiditis sub akut, kanker tiroid, dan terapi hormon tiroid yang berlebihan.
Hipertiroidisme ditandai dengan hilangnya pengaturan normal dan sekresi TH. Oleh
karena aksi TH bagi tubuh adalah stimulasi, hipermetabolisme terjadi, dengan
peningkatan aktivitas system saraf simpatis.
Gejala
yang biasa timbul adalah keringat berlebihan, ketidaktoleranan panas,
pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat, gemetaran, kegelisahan/
agitasi. Klasifikasi hipertiroidise meliputi goiter toksik difusa (Grave’s
Disease), penyakit tiroid nodular (Nodular Thyroid Disease), subakut tiroiditis,
dan postpartum tiroiditis.
B.
SARAN
Setelah pembuatan makalah
ini diharapkan agar pembaca khususnya
mahasiswa dapat memahami
dan mengaplikasikan apa yang telah dibahas. Untuk meningkatkan pengetahuan,
mahasiswa dapat membaca atau mencari pengetahuan lebih banyak lagi dari sumber
lain terkait dengan materi ini. Apabila dalam makalah ini pembaca menemukan
kesalahan atau kekurangan diharapkan untuk memberikan saran atau masukan guna
untuk perbaikan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr.
Saputra, Lyndon. 2012. Medikal Bedah
Endokrin. Tangerang. Binapura Aksara
Guyton,
Arthur. 2012. Fisiologi Manusia dan
Mekanisme Penyakit. Jakarta. EGC
Sherwood,
Lauralee. 2015. Fisiologi Manusia dari
Sel ke Sistem. Jakarta. EGC
Hall
& Guyton. 2008. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta. EGC
Black,
Joyce M. 2014. Keperawatan Medikal Bedah.
Singapura. Elseiver
Tidak ada komentar:
Posting Komentar