Rabu, 10 Mei 2017

Askep Hipertiroidisme



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Salah satu faktor biologis yang dapat menghambat tumbuh kembang anak adalah adanya  abnormalitas  fungsi  tiroid.Abnormalitas  tiroid  dapat  dibagi  atas 2 bagian besar, yaitu hipertiroid dan hipotiroid.Hipertiroid adalah keadaan abnormal kelenjar tiroid akibat meningkatnya produksi hormon tiroid sehingga kadarnya meningkat dalam   darah   yang   ditandai   dengan   penurunan   berat   badan,   gelisah,   tremor, berkeringat dan kelemahan otot.
Didapatkan pula peningkatan produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan perifer. Berdasarkan penelitian ini, pertama  kali  hipertiroidisme  dilaporkan  oleh  Parry  pada  tahun  1825,  kemudian Graves pada tahun 1835 dan disusul oleh Basedow pada tahun 1840. Dari berbagai penyebab  hipertiroidisme, penyakit  Graves  atau  penyakit  Basedow  atau  penyakit Parry merupakan penyebab paling sering ditemukan. Penyebab hipertiroid (tirotoksikosis) 70% adalah penyakit Graves, sisanya karena gondok multinodular toksik dan adenoma toksik.
Hipertiroid  kongenital  biasanya  memiliki  onset  sejak  masa  prenatal  dan muncul segera setelah lahir, beberapa hari setelah lahir, atau bahkan beberapa minggu setelah lahir.Biasanya bersifat transien.Insidensnya sebesar 2% pada bayi yang baru lahir dari ibu dengan penyakit Graves.Lebih sering ditemukan pada bayi laki-laki daripada perempuan. Hipertiroid kongenital terjadi karena transfer   TRSAbs  (TSH receptor-stimulating antibodies) dari ibu ke bayi melalui plasenta. Onset klinis, berat, dan  perjalanan  penyakitnya  dipengaruhi  oleh  adanya  potensi  TRSAb,  lama  dan derajat beratnya hipertiroid intrauterine.serta obat antitiroid yang dikonsumsi oleh ibu.
Pemeriksaan hormon tiroid berguna untuk konfirmasi diagnosis dan harus dikerjakan pada setiap bayi yang dicurigai mengalami hipertiroid kongenital.sebagian besar bayi lahir prematur, mengalami pertumbuhan intrauterinnya terhambat, tampak sangat  gelisah,  iritabel, dan hiperaktif. Pada pemeriksaan  fisis  ditemukan  adanya eksoftalmus, takikardia, takipnea, dan peningkatan suhu tubuh. Pada keadaan berat dapat terjadi penurunan berat badan.Pengobatan yang diberikan adalah propranolol oral, propiltoiurasil (PTU), ditambahkan larutan lugol.Setelah keadaan eutiroid tercapai, hanya PTU yang diteruskan dan diturunkan secara bertahap. Remisi dapat terjadi pada usia 3-4 bulan namun kadang menetap sampai masa kanak-kanak.
Hipertiroidisme relatif jarang terjadi pada anak-anak, sering disebabkan oleh penyakit Graves. Perempuan lebih sering menderita Graves dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 3-6:1. Insiden semakin meningkat pada usia dewasa muda, dan paling banyak pada usia 10-15 tahun. Penyakit Graves ternyata berhubungan dengan HLA-B8 dan HLA-DR3. Kembar monozigot menunjukkan keterkaitan dengan penyakit ini, sehingga memberikan dugaan bahwa pengaruh lingkungan dan genetik berperan pada penyakit Graves.Penyakit Graves juga lebih sering terjadi pada pasien dengan trisomi 21 daripada pasien tanpa trisomi 21.
Menurut WHO jumlah penderita penyakit hipertiroid  di seluruh dunia pada tahun 2000 diperkirakan 400 juta, dan lebih sering terjadi pada wanita di bandingkan laki-laki dengan perbandingan 5 : 1.

Insiden keseluruhan hipertiroidisme di Amerika diperkirakan antara 0,5 % dan 1,3 % dengan sebagian besar berupa keadaan subklinis. Sebuah studi berdasarkan populasi di UK dan Ireland pada  tahun  2004  menemukan  insidens sebesar  0,9  kasus  per  100,000  anak  berusia  lebih  muda  dari  15  tahun, ini menunjukkan bahwa insidens penyakit meningkat dengan usia. Keseluruhannya, prevalensi Graves pada anak dijumpai sekitar 0,02% (1:5000), tersering pada anak berusia antara 11 dan 15 tahun. Laporan hasil studi tersebut, didapati dari 143 anak yang  menderita penyakit Graves, 38%  merupakan  anak  prapubertas. Prevelensi hipertiroidisme kira-kira 5-10 kali lebih rendah daripada hipotiroidisme.
Jumlah penderita penyakit ini di seluruh dunia pada tahun 1960 sekitar 200 juta, 12 juta diantaranya terdapat di Indonesia. Angka kejadian hipertiroidisme yang didapat dari beberapa praktek di Indonesia berkisar antara 44,44%-48,93% dari seluruh penderita dengan penyakit kelenjar gondok. Tetapi hipertiroid tidak hanya terjadi pada usia pertengahan, namun di usia anak-anak dan remaja dapat terjadi walau insidens dan prevalensi di Indonesia belum pasti. Beberapa kepustakaan luar negeri diketahui insidensnya pada anak diperkirakan 1/100.000 anak per tahun. Mulai 0,1/100.000 anak per tahun untuk anak usia 0-4 tahun meningkat sampai dengan 3/100.000 anak per tahun pada usia remaja.
Selama masa anak dan remaja kebanyakan pasien dengan penyakit Graves memperlihatkan gejala dan tanda klasik. Pada awal perjalanan penyakit, gejala dan tanda spesifik pada anak adalah adanya struma difus, takikardia, cemas, peningkatan tekanan darah, proptosis, peningkatan nafsu makan, tremor, kehilangan berat badan, dan tidak tahan udara panas. Meskipun gejala hipertiroid akibat penyakit Graves bervariasi, namun cenderung lebih berat dari penyebab hipertiroid lainnya. Kelainan mata  ditemukan  pada  lebih  dari  pasien  Graves  dan  hampir  selalu  dijumpai pembesaran kelenjar tiroid.
Pemeriksaan laboratorium yang penting adalah pengukuran kadar T4  bebas dan  TSH  dalam  darah  untuk  menegakkan  diagnosis  hipertiroid.  Pada  pasien hipertiroid didapati peningkatan kadar T4  bebas dan penurunan kadar TSH. Pemeriksaan laboratorium lain mungkin diperlukan seperti antara lain pemeriksaan kadar  T3 ,  antibodi  tiroid  (terutama  TRAbs)  dan  tes  ambilan  yodium  radioaktif. Pemeriksaan terakhir ini dilakukan jika diagnosis penyakit Graves belum meyakinkan. Tujuan pengobatan penyakit Graves adalah untuk mengembalikan kadar hormon  tiroid  yang  normal.  Terapinya  mempunyai  tiga  modalitas  untuk  pasien dengan penyakit Graves yaitu obat antitiroid, yodium radioaktif, dan pembedahan.
Pemilihan terapi yang terbaik untuk penyakit Graves tidak mudah, tetapi perlu diingat bahwa ketiga pilihan terapi di atas sama baiknya dan memberikan hasil yang baik jika dilakukan oleh dokter yang berpengalaman. Kebanyakan pasien memutuskan untuk memulai pengobatan dengan PTU atau metimazol bersama dengan beta bloker, dan selanjutnya mempertimbangkan kembali pilihan terapi lain setelah merasa baik dan tenang. Hal ini merupakan pendekatan singkat yang baik dalam pengobatan penyakit Graves dan sering direkomendasikan kepada pasien berdasarkan pengalamannya. pasien merasa nyaman dengan terapi yang dipilih.

B.     TUJUAN PENULISAN
1.      Tujuan Umum
Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin Hipertiroidisme” mahasiswa mampu untuk memahami konsep dasar dan penerapan aplikasi dari masalah keperawatan
2.      Tujuan Khusus
a.       Memahami dan menjelaskan definisi hipertiroidisme
b.      Memahami dan menjelaskan etiologi hipertiroidisme
c.       Memahami dan menjelaskan klasifikasi hipertiroidisme
d.      Memahami dan menjelaskan patofisiologi hipertiroidisme
e.       Memahami dan menjelaskan manifestasi klinik hipertiroidisme
f.        Memahami dan menjelaskan pathway hipertiroidisme
g.      Memahami dan menjelaskan pemeriksaan diagnostik hipertiroidisme
h.      Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan hipertiroidisme
i.        Memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan hipertiroidisme

C.    METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode diskriftif, yang diperoleh dari literatur dari berbagai media baik buku maupun internet yang disajikan.

D.    SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika dalam penulisan makalah ini adalah :
BAB I       : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode dan     sistematika penulisan.
BAB II      : Terdiri dari definisi hipertiroidisme, etiologi hipertiroidisme,   klasifikasi hipertiroidisme, patofisiologi hipertiroidisme, manifestasi hipertiroidisme, pathway hipertiroidisme , pemeriksaan diagnostik hipertiroidisme,  dan penatalaksanaan hipertiroidisme
BAB III    : Asuhan Keperawatan dan diagnosa keperawatan.
BAB IV    : Kesimpulan dan saran.






BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    DEFINISI HIPERTIROIDISME
Hipertiroidisme adalah peningkatan sintesis hormon tiroid akibat aktivitas berlebihan kelenjar tiroid (penyakit graves) atau perubahan fungsi kelenjar tiroid (penyakit goiter toksik nodular). (Dr. Andri Hartono, 2012)
Hipertiroidisme Merupakan sebagian besar efek hipertiroidisme telah dijelaskan mengenai bagian efek fisiologi hormon tiroid. Akan tetapi, adanya beberapa efek spesifik yang terutama berhubungan dengan segi perkembangan, diagnosis, dan pengobatan hipertiroidisme. (Guyton, 2007)
Hipertiroidisme (sekresi berlebihan dari TH), adalah penyakit endokrin yang dapat dicegah. Penyakit ini sebagian besar terjadi pada perempuan (dengan rasio perempuan – laki laki, 4:1). Khususnya pada perempuan usia 20-40 tahun. (Joyse M. Black, 2014).




B.     ETIOLOGI HIPERTIROIDISME
1.      Penyakit Graves
Kondisi yang terjadi akibat kelainan autoimun pada tubuh. Penyakit Graves termasuk kondisi turunn yang bisa muncul pada usia 20-40 tahun. Penyakit ini menyerang kelenjar tiroid yang akhirnya memicu meningkatnya hormon tiroksin. Belum diketahui kondisi apa yang menyebabkan kelainan autoimun ini, tapi faktor lingkungan dan keturunan dianggap berperan pada kemunculan kelainan ini. Selain hipertiroidisme, penyakit graves juga memengaruhi mata, yaitu mengakibatkan pandangan kabur dan ketidaknyamanan. Kondisi tersebut ditandai dengan bola mata yang terlihat menonjol keluar.
2.      Tiroiditis sub akut
Terjadinya peradangan pada kelenjar tiroid, keadaan ini mungkin dapat terjadi karena adanya virus, berhubungan dengan demam dan sakit ketika menelan. Kelenjar tiroid ini juga lunak saat disentuh. Peradangan ini bisa terjadi karena adanya akumulasi sel-sel darah putih yang dikenal dengan istilah limfositis. Peradangan meninggalkan kelenjar tiroid bocor sehingga jumlah kelenjar tiroid yang masuk kedalam darah menjadi meningkat (Swann Morton,2013)
3.      Kankertiroid
Kanker tiroid tergolong sangat langka. Jika kanker tiroid bermula dari jaringan folikel tiroid dan sel-sel kanker mulai menghasilkan banyak menghasilkan banyak hormon tiroksin.
4.      Tiroid nodul
Satu nodul (benjolan) atau lebih dapat tumbuh di kelenjar tiroid, secara bertahap meningatkan aktivitas kelenjar dan hormon tiroid dalam darah. Jika hanya satu nodul yang menyebabkan hipertiroidisme disebut nodul beracun tunggal. Jika beberapa nodul tiroid yang menyebabkan hipertiroidisme, kondisi ini disebut gondok multinodular toksik.

C.    KLASIFIKASI HIPERTIROIDISME
Thamrin (2007) mengklasifikasikan hipertiroidisme menjadi 4 bagian :
1.      Goiter Toksik Difusa (Grave’s Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenhijar tiroid untuk memperoduksi hormon tiroid terus-menerus. Grave’s  Disease lebih banyak ditemukan pada wanita dari pada pria, gejalanya dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20-40 tahun. Faktor  keturunan juga dapat mempengaruhi terjadinya ganguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.
2.      Penyakit Tiroid Nodular (Nodular Thyroid Disease)
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya timbul seiring dengan bertambahnya usia.
3.      Subakut Tiroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar kedalam darah. Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang.
4.      Postpartum Tiroiditis
Timbul pada 5-10% wanita pada 3-6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi selama 1-2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan-lahan.

D.    PATOFISIOLOGI HIPERTIROIDISME
Hipertiroidisme ditandai dengan hilangnya pengaturan normal dan sekresi TH. Oleh karena aksi TH bagi tubuh adalah stimulasi, hipermetabolisme terjadi, dengan peningkatan aktivitas system saraf simpatis. Jumlah berlebih dari TH menstimulasi system kardiologi dan meningkatkan jumlah reseptor beta adrenergic penyebab takikardi, peningkatan curah jantung, volume sekuncup, respon adrenergik, dan aliran darah perifer. Metabolisme meningkat tajam menyebabkan keseimbangan negatif nitrogen, deplesi lipid, dan defisiensi status nutrisi serta kehilangan berat badan.
(Joyce M. Black, 2009).
Hipertiroidisme juga menghasilkan gangguan sekresi dan metabolisme hormone hipotalamus, hipofisis, dan gonad. Jika terjadi sebelum pubertas, pertumbuhan organ seksual akan terlambat pada kedua jenis kelamin. Jika terjadi setelah pubertas, akan menghasilkan penurunan libido pada laki-laki atau perempuan. Perempuan bisa mengalami ketidakteraturan menstruasi dan penurunan fertilitas (Joyce M. Black, 2009).
Penyakit Grave merupakan kelainan autoimun. Kelenjar tiroid secara abnormal dirangsang oleh Thyroid Stimulating Immunoglobulins (TSI).  TSI merupakan antibodi yang diarahkan kelokasi reseptor TSH dalam folikel-folikel tiroid. Antibodi ini merangsang reseptor tyroid stimulating hormone. TSH pada kelenjar tiroid dan menyebabkan aktivitas kelenjar tiroid yang berlebih sehingga produksi hormon tiroksin berlebih. Akibatnya, TSI menyerupai kerja TSH pada kelenjar tiroid. Pengendalian regulasi umpan balik negatif normal pada TSH tidak bekerja pada TSI sehingga kelenjar tiroid menjadi aktif secara berlebihan, menyebabkan produksi hormon tiroid berlebih (Esther Chang, 2010).

E.     MANIFESTASI KLINIS HIPERTIROIDISME
Gejala-gejala umum termasuk:
1.       Keringat berlebihan
2.       Ketidaktoleranan panas
3.       Pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat
4.       Gemetaran
5.       Kegelisahan; agitasi
6.       Denyut jantung yang cepat
7.       Kehilangan berat badan
8.       Kelelahan
9.       Konsentrasi yang berkurang
10.    Aliran menstruasi yang tidak teratur dan sedikit
Pada pasien-pasien yang lebih tua, irama-irama jantung yang tidak teratur dan gagal jantung dapat terjadi. Pada bentuk yang paling parahnya, hipertiroid yang tidak di rawat mungkin berakibat pada” thyroid storm”, suatu kondisi yang melibatkan tekanan darah tinggi, demam, dan gagal jantung. Perubahan-perubahan mental, seperti kebingungan dan kegila-gilaan juga mungkin terjadi.
Hipertiroid dapat di curigai pada pasien-pasien dengan:
1.    Gemetaran-gemetaran, keringat berlebihan, kulit yang seperti beludru halus
2.    Rambut halus
3.    Suatu denyut jantung yang cepat
4.    Suatu pembesaran kelenjar tiroid
Mungkin ada keadaan bengkak sekeliling mata-mata dan suatu tatapan yang karakteristik disebabkan oleh peninggian dari kelopak-kelopak mata bagian atas. Gejala-gejala yang lebih lanjut biasanya lebih mudah di deteksi, namun gejala-gejala awal, terutama pada orang-orang yang lebih tua mungkin tidak cukup menyolok mata.
Menurut Sylvia ( 2006 ), tanda dan gejala penderita hipertiroid adalah :
Apatis, mudah lelah, kelemahan otot, mual, muntah, gemetaran, kulit lembab, berat badan menurun, takikkardi, mata melotot, dan kedipan mata berkurang (Swann Morton, 2013).
Manifestasi klinis hipertiroidisme dapat ringan atau berat. Produksi hormon tiroid yang berlebih mengakibatkan peningkatan metabolisme yang akan meningkatkan produksi panas tubuh, selera makan, penurunan berat badan (yang terjadi jika asupan kalori tidak dapat mengimbangi laju metabolisme), diare, perspirasi, intoleransi panas, dan sesak napas. Peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis yang merangsang reseptor beta adrenergik secara berlebihan pada sistem kardiovaskular mengakibatkan takikardia, palpitasi, peningkatan curah jantung dan aliran darah perifer.
Peningkatan rangsangan sistem saraf pusat mengakibatkan gejala tremor,gelisah, cemas, insomnia, dan gangguan kesehatan jiwa dengan rentang dari depresi hingga delirium. Eksoftalmost terjadi karena pertumbuhan jaringan berlebih di belakang bola mata. Goiter terjadi karena rangsangan kelenjar tiroid yang continue oleh TSI.
Thyroid storm merupakan bentuk hipertiroidisme yang ekstrem yang mengancam jiwa. Keadaan ini dipicu oleh stressor fisiologis, seperti infeksi, infark miokardium, dan pembedahan, dan ditandai dengan manifestasi tanda dan gejala hipertiroidisme yang ekstrem (Esther Chang, 2010).


F.     PATHWAY HIPERTIROIDISME


Konsumsi Iodium tinggi
Adenoma
Hiperfungsi kelenjar   tiroid
 Triodotironin (T3)
Peristaltik usus meningkat  reabsorbsi menurun
 Kerja tiroid meningkat
        Diare
        Kalsitonin meningkat
        Hipersekresi hormon
        Gangguan fungsi kelenjar
             Tiroiditis
        Tiroksin (T4)
 







        Ca dalam darah menurun
        Pertahankan laju metabolisme
P   Peningkatan Metabolisme
 
       Takipnea (napas pendek, cepat)
        Respirasi
M    Masukan nutrisi menurun
Bf    -Takikardi & aritmia
        -TD, nadi
---   - Angina
---   - Gagal jantung

 &

Kardiovaskuler
 Hipermetabolisme
        Penurunan curah jantung
                        Hipertermi
        Otot kekurangan Ca
        Peningkatan suhu tubuh
        Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan
B      Berat  badan  menurun
Integument
        Peningkatan produksi keringat, kulit kemerahan
        Kelemahan otot, fatique, gangguan koordinasi dan tremor
        Hambatan mobilitas fisik
        Bladder  ͢   peningkatan reabsorbsi cairan
        Penurunan kerja otot
 
















        Output utine menurun
                                                                                     
Ketidakefektifan pola napas
        Retensi urine
        Kerusakan integritas kulit
 



G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK HIPERTIROIDISME
Guyton (2012). Untuk kasus hipertiroidisme yang biasa, diagnosis yang paling tepat adalah dengan melakukan pengukuran langsung konsentrasi tiroksin “bebas” (dan sering triidiotironin) didalam plasma, dengan menggunakan cara pemeriksaan radioimunologi yang tepat.
1.      Kecepatan metabolisme basal biasanya meningkat sampai +30 hingga +60 pada hipertiroidisme berat.
2.      Konsentrasi TSH didalam plasma diukur dengan radioimunologi. Pada tipe hipertiroidisme yang biasa, sekresi TSH oleh hipofisis anterior sangat ditekan secara menyeluruh oleh sejumlah besar tiroksin dan triidiotironin yang sedang bersirkulasi sehingga hampir tidak ditemukan TSH dalam plasma.
3.      Konsentrasi TSI diukur dengan pemeriksaan radioimunologi. TSI biasanya tinggi pada tipe tirotoksikosis yang biasa tetapi rendah pada adenomatiroid.
4.      Kecepatan ambilan yodium radioaktif dalam dosis suntikan standar oleh kelenjar tiroid yang normal, bila diukur denhan detektor radioaktif yang telah dikalibrasi, yang ditempatkan diatas leher, adalah sekitar 4% perjam. Pada pasien hipertiroid, ini dapat meningkat samapai setinggi 20-25% perjam.
5.      Jumlah yodium yang diikat keprotein plasma biasanya, tetapi tak selalu berbanding lansung dengan jumlah tiroksin juga bermakna dalam diagnosis hipertiroidisme





H.    PENCEGAHAN DAN TERAPI KOMPLIKASI HIPERTIROIDISME
Agen penghambat adrenergik kadang diberikan sebagai terapi tambahan  (adjuvan) untuk mengontrol aktifitas sistem parasimpatis. Fakta menunjukkan bahawa preparat ini mempunyai keuntungan untuk mengobati jantung hipertiroid yang lebih sensitif terhadap katekolamin dan adanya peningkatan reseptor beta adrenegik. Selanjut nya, penggunaan obat ini mengurangi manifestasi paltifasi dan takikardi, tremor, serta kecemasan. Obat yang sering digunakna untuk ini adalah propanolol.
Klien hipertiroidisme memerlukan kalori yang tinggi ( 4000-5000 kalori), diet protein tinggi untuk mengompensasi laju metabolisme yang tinggi, mencegah keseimbangan nitrogen negatif, dan kehilangan berat badan. Blokade pelepasan TH biasa nya dicapai dengan pemberian oral yodium seperti kalium yidoda ( KI ). KI juga dapat diberikan intravena. Glukokortiroid dan propiltiourasil umumnya juga diberikan untuk menghambat efek saraf simpatis dan mengobati kakikardi.













                                                        BAB III
                           ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Data biografi :  nama, umur, alamat, status, jenis kelamin, tgl MRS, diagnosa medis, Keluarga yang dapat di hubungi, catatan kedatangan.
b.      Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama :
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan, badan terasa lemas, sering gemetaran, keringat berlebih dan jantung terasa berdetak cepat.
            2) Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya pada saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh gemetaran, badan terasa lemas, muall, muntah, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur.
            3) Riwayat kesehatan keluarga :
    Biasanya penyakit bukan merupakan penyakit keturunan, dan bisa juga ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami oleh pasien.
4) Riwayat kesehatan dahulu:
Biasanya penyakit hipertiroid ini gajalanya timbul dalam waktu yang lama dan belum dirasakan oleh pasien, dan merupakan penyakit yang susah di sembuhkan dan membutuhkan pengobatan yang kontinu.
c.       Data dasar
1) Aktivitas dan istirahat
Data subyektif  : Insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat
Data objektif : Atrofi otot
2)  Sirkulasi
     Data subyektif: Palpitasi dan nyeri dada
 Data obyektif: Disritmia(fibrilasi atrium), irama galop, murmur,          peningkatan tekanan darah, takikardi saat istirahat, dan sirkulasi kolaps
3) Integritas ego
Data subyektif: Mengalami stress yang berat baik emosional    maupun fisik
    Data obyektif : Emosi labil(euforia sampai delirium), depresi
4) Eliminasi
Data Subyektif: Urin dalam jumlah banyak dan perubahan dalam feses,diare
 5) Makan/ minum
Data subyektif: Kehilangan BB yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makan sering, kehausan dan mual muntah
Data obyektif: Pembesaran tiroid, goiter,  edema non pitting terutama daerah pretibial
 6) Sensori neural
Data obyektit: Bicara cepat dan parau, ganggguan status mental dan    perilaku seperti bingung, disorentai, gelisah, peka rangsang, delirium, sikosts, stupor koma, tremor halus pada tanan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-sentak, dan hiperaktif renekstenon dalam(RTD)
7) Nyeri/kenyamanan
    Data subyektif: Nyeri orbital, fotofobia
8) Respirasi
    Tanda : Frekuensi pemaparan meningkat;takipnea dan dispnea
9) Keamanan
Data subyektif : Tidak toleransi terhadap panas, keringat berlebihan, alergi    terhadap iodium 9 mungkin digunakan pada pemeriksaan
Data obyektif : Suhu meningkat diatas 37,4 C;diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptalmus retraksi, intas pada kinjungtiva dan berair pruritus, lesi eritema(sering terjadi pada pretibial yang menjadi sangat parah
10)  Seksualitas
Data obyektif:  Penurunan libido, hipomenorca, amenorea dan impoten
   11)  Penyuluhan pembelajaran
     Subjektif Data: Riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid, riwayat hipotiroidis terap hormontiroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung trauma, pemeriksaan rontgen dengan zat kontras.

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Penurunan curah jantung b.d hipertiroid tidak terkontrol, hipermetabolisme peningkatan beban kerja jantung
b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan metabolsme (peningkatan nafsu makan pemasukan dengan penururunan BB)
c.       Kerusakan integritas Jaringan mata b.d perubahan mekanisme perlindungan  dari mata

3.      Intervensi Keperawatan
a.       Penurunan curah Jantung bd hipertirold tidak terkontrol hipermetabolisme, peningkatan beban kera jantung
1)      Pantau Perhatikan besarnya tekanan nadi
2)      Periksa /teliti kemungkinan nyeri dada yang dikeluhkan pasien
3)      Kaji nadi denyut jantung saat pasien tidur
4)      Auskultasi suara Jantung perhatikan adanya bunyi Jantung tambahan. adanyainamagallop dan murmur sistolik
5)      Pantau EKG, catat atau perhatikan kecepatan atu irama Jantung dan adanya disritmia
6)      Observasi tanda dan gejala kehausan yang hebat, mukosa membran kering, nad lemah, pengusian kaapiler lambat, penurunan produkst urin dan hipotensi
7)      Catat adanya riwayat asma bronko kontriksi, kehamilan, sinus bradikardi/blok Jantung yang berlanjut menjadi gagal jantung
b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan pemasukan dengan penururunan BB)
1)      Auskultasi bising usus
2)      Catat dan laporkan adanya anoreksia, kelemahan umum/nyeri abdomen. munculnya mual muntah
3)      Pantau masukan makanan setiap hari dan tumbang BB setiap hari serta laporkan adanya penurunan BB
4)      Dorong pasien untuk makandan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna
5)      Hindari pemberian makananyang dapat meningkatkan peristaltik usus (teh, kopi dan makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare
6)      Bicara dengan nada normal
c.       Kerusakan integritas jaringan mata b.d perubahan mekanisme perlindungan dari mata
1)      Observasi edema peiorbital, gangguan penutupan kelopakmata. Lapang pandang penglihatan yang sempit, air mata yang berlebihan. Catat adanya fotofobia, ras adanya benda diluar mata dan nyeri pada mata
2)      Evaluasi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur atau pandangan ganda (diplopla)
3)      Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap ketika bangaundan tutup dengan peneutup mata selamatidur sesuai kebutuhan
4)      Bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi
5)      Berikan kesempatan pasian untuk mendiskusokan perasaaan tentang perubahanganbaran atau betuk tubuh untuk meningkatkan gambanran tubuh
6)      Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan




















BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Hipertiroidisme Merupakan sebagian besar efek hipertiroidisme telah dijelaskan mengenai bagian efek fisiologi hormon tiroid. Akan tetapi, adanya beberapa efek spesifik yang terutama berhubungan dengan segi perkembangan, diagnosis, dan pengobatan hipertiroidisme.
Diantara penyebab dari hipertiroidisme adalah herediter, toksik adenoma, tumor kelenjar hipofisi, tiroiditis sub akut, kanker tiroid, dan terapi hormon tiroid yang berlebihan. Hipertiroidisme ditandai dengan hilangnya pengaturan normal dan sekresi TH. Oleh karena aksi TH bagi tubuh adalah stimulasi, hipermetabolisme terjadi, dengan peningkatan aktivitas system saraf simpatis.
      Gejala yang biasa timbul adalah keringat berlebihan, ketidaktoleranan panas, pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat, gemetaran, kegelisahan/ agitasi. Klasifikasi hipertiroidise meliputi goiter toksik difusa (Grave’s Disease), penyakit tiroid nodular (Nodular Thyroid Disease), subakut tiroiditis, dan postpartum tiroiditis.

B.     SARAN
Setelah pembuatan makalah ini diharapkan agar pembaca khususnya
mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikan apa yang telah dibahas. Untuk meningkatkan pengetahuan, mahasiswa dapat membaca atau mencari pengetahuan lebih banyak lagi dari sumber lain terkait dengan materi ini. Apabila dalam makalah ini pembaca menemukan kesalahan atau kekurangan diharapkan untuk memberikan saran atau masukan guna untuk perbaikan makalah yang selanjutnya.





























DAFTAR PUSTAKA

Dr. Saputra, Lyndon. 2012. Medikal Bedah Endokrin. Tangerang. Binapura Aksara
Guyton, Arthur. 2012. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta. EGC
Sherwood, Lauralee. 2015. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta. EGC
Hall & Guyton. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC
Black, Joyce M. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Singapura. Elseiver






Tidak ada komentar:

Posting Komentar